Tinta di Jari

 Tinta di Jari
Dahlan Iskan.

Status tersangka pertama saat Mayawati membangun infrastruktur ke arah Taj Mahal. Begitu babak belur namanya. Meski berhasil  bebas.

Yang kedua saat Mayawati membangun banyak taman, museum, monumen, patung-patung. Termasuk patung dirinya. Sebagai simbol kebangkitan kaum Dalit.

Juga patung gajah. Yang bisa ditafsirkan sebagai lambang partainya.

Sekali lagi Mayawati tidak terbukti korupsi. Hanya saja pemerintah pusat memutuskan agar patung dirinya dan patung gajah itu diselimuti. Sampai pemilu berikutnya selesai.

Pemberontakan Mayawati pada pemerintah pusat itu lebih membuat pengikutnya gila padanya. Apalagi Mayawati melarikan tuduhan-tuduhan itu ke arah ras. Itu, katanya, sebagai bukti  adanya kekuasaan yang 'anti-Dalit'.

Tuduhan berikutnya saat dia berusaha taat membayar pajak. Pajaknya besar sekali: hampir Rp 40 miliar. Diusutlah. Dia kan kaum Dalit. Dari mana kekayaannya itu: korupsi.

Mayawati selalu bisa menjawab. Itu dari donasi jutaan orang Dalit. Sidang pengadilan pun digelar. Mayawati bebas.

Masih ada lagi. Soal bantuan Bank Dunia. Mayawati dianggap ogah-ogahan melaksanakannya. Lalu dituduh korupsi. Bebas lagi, tetapi namanya terlanjur hancur.

Pemuda itu marah. Setiap kali melihat tinta di ujung jarinya. Marah pada dirinya sendiri. Mengapa tadi salah pilih?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News