Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun

Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun
Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun
Untunglah ada demokrasi. Pertanyaan seperti itu hanya berkembang sebatas sebagai renungan yang ternyata kelak membuahkan hasil yang lebih fundamental. Di zaman demokrasi ini tidak ada lagi orang yang bisa memaksakan kehendak. Kalau saja kekhawatiran seperti itu muncul di zaman prademokrasi, buntutnya pasti represif: larang! Jangan diberi izin! Kecam! Dampak dari represi itu bisa panjang, terutama secara psikologis. Termasuk dalam upaya membangun rasa kebangsaan Indonesia.

Ternyata tanpa dilarang, tanpa dihambat, tanpa dikecam, terjadi proses pendewasaan yang luar biasa cepatnya di kalangan masyarakat Tionghoa sendiri. Kini, sepuluh tahun kemudian, setiap ada rombongan kesenian dari Tiongkok, masyarakat Tionghoa sendiri sudah amat kritis: penampilan mereka bukan lagi dipandang dari segi emosional, tapi sudah dinilai dengan penilaian sangat rasional. Bahkan, kian lama kian banyak yang menilai ''grup tari kita sendiri sebenarnya lebih baik dari yang datang itu". Komentar kritis seperti ini tidak pernah saya dengar 10 tahun yang lalu, atau bahkan lima tahun yang lalu. Semuanya, ketika itu, serba memuji: jelek dipuji, baik dikagumi.

Memang di kalangan masyarakat Tionghoa Indonesia juga banyak muncul grup tari yang hebat-hebat. Kursus-kursus tari, mulai balet sampai tradisional, mulai Barat sampai tari Timur, bermunculan. Memang motifnya banyak yang komersial, tapi pengaruh kebudayaannya tetap besar.

Lama-lama kelompok tari dari Indonesia itu (dari Jakarta, Surabaya, Bandung, dan seterusnya) juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dorongan orang tua di keluarga Tionghoa, agar anak-anaknya les tari, sama besarnya dengan dorongan orang tua agar anak mereka les piano atau matematika. Grup tari seperti Marlupi Dance Group, Senapati, Wijayakusuma, yang semuanya dimiliki tokoh Tionghoa, benar-benar liao bu qi. Bahkan, prestasinya sampai ke tingkat internasional. Demikian juga kelompok tari di Jakarta, seperti Marlupi Dance Academy, Na Marina, Pelangi, Luzy, semua hebat-hebat.

ADA perkembangan yang sangat menarik dari banyaknya rombongan kesenian yang datang ke Indoensia setiap tahun (termasuk di sekitar Hari Raya Imlek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News