Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun

Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun
Tionghoa Dewasa dalam 10 Tahun
Marlupi yang di Surabaya memiliki 14 cabang, lima tahun lalu ekspansi ke Jakarta dan selama lima tahun ini saja sudah membuka 15 cabang di Jakarta. Wanita yang kini berumur 70 tahun dan selalu mengajak saya bicara dalam bahasa Mandarin ini, melahirkan anak-anak yang juga sangat hebat di bidang tari sehingga regenerasi di kelompok Marlupi kelihatannya tidak akan ada masalah -bahkan lebih seru lagi.

Kini persaingan mutu tari antara delegasi dari Tiongkok yang sering datang ke Indonesia dengan mutu tari yang dari Indonesia sendiri sudah tidak bisa dibedakan. Penari Indonesia bisa tampil sebaik atau lebih baik daripada penari Tiongkok -termasuk dalam tari tradisional Tiongkok sekalipun. Dulu, ada kesan bahwa kostum penari dari Tiongkok masih lebih wah: lebih gemerlap, lebih mahal, lebih bervariasi, dan lebih jreng. Tapi, kini grup-grup tari dari Indoensia juga sudah berani ''belanja" kostum. Benar-benar tidak ada bedanya lagi.

Dari kenyataan itu saya menyimpulkan telah terjadi pendewasaan yang luar biasa dalam dua hal: rasionalitas dan kualitas. Kini yang rasional sudah mulai mengalahkan yang emosional. Belum sepenuhnya tapi sudah besar perubahannya itu. Kini kualitas mulai mengalahkan rasa rendah diri. Perkembangan ini mungkin jarang yang mencatatnya, tapi saya memperhatikannya sungguh-sungguh, bahkan dari amat dekat.

Kalau saja, 10 tahun lalu yang dilakukan adalah main larang, main kecam, dan main represif, barangkali sampai sekarang pun tingkat kedewasaan setinggi itu belum akan tumbuh. Bahkan, mungkin, malah jadi api di dalam sekam.

ADA perkembangan yang sangat menarik dari banyaknya rombongan kesenian yang datang ke Indoensia setiap tahun (termasuk di sekitar Hari Raya Imlek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News