Tit-for-Tat

Oleh Dahlan Iskan

Tit-for-Tat
Foto/ilustrasi: disway.id

Giliran tahun ini Guo Ping yang menjabat. Di umurnya yang 53 tahun. Ia mendapat gelar master dari universitas ilmu dan teknologi Huazhong. Salah satu dari 10 universitas terkemuka di Tiongkok.

Kampusnya hampir 500 ha. Di pinggiran kota Wuhan. Bagian tengah negara itu.

Huawei memang menghadapi blokade berat. Amerika melarang instansinya membeli peralatan Huawei. Amerika juga melobi negara-negara Barat. Untuk berbuat yang sama.

Sambil memerkarakan Amerika kini Huawei bikin langkah kuda. Pasarnya di Eropa akan dipertahankan mati-matian.

Pendapatan Huawei memang 50 persen dari Tiongkok. Namun, yang 50 persen lagi dari negara lain. Dari yang 50 persen itu 30 persennya dari Eropa.

Guo Ping dari Barcelona langsung ke Brussel. Di 'ibu kota' Eropa itu Guo Ping meresmikan 'senjata' baru: Cyber Security Center. Pusat keterbukaan sistem keamanan peralatan Huawei.

Baru sekali ini ada perusahaan telekomunikasi bikin langkah seperti itu. Huawei memang memelopori penciptaan iklim keterbukaan cyber yang terpercaya. Untuk melawan citra tidak amannya.

Kepercayaan, kata Guo Ping, akan jadi andalan bisnis telekomunikasi ke depan. Siapa saja bisa datang ke center itu: organisasi telekomunikasi. Para pembuat peraturan di seluruh negara. Juga lembaga perumus standar keamanan cyber.

Dua orang ini terus jadi pusat perhatian dunia. Carlos Ghosn dan Sabrina Meng. Nissan dan Huawei.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News