Titanium Megawati

Oleh Dahlan Iskan

Titanium Megawati
Dahlan Iskan.

"Waktu saya bertemu yang heboh itu, sebenarnya saya hanya mengatakan... Mas.. apakah mau hadir kalau saya undang ke kongres," ujar Bu Mega.

Hadirin gerrr lagi. Pak Prabowo pun berdiri dari kursinya. Agak lama. Sambil sedikit membungkuk. Dan menangkupkan dua telapak tangan di depan dadanya.

"Sekarang ini yang tidak diundang pun minta diundang. Begitulah kalau menjadi pemenang Pemilu," guraunya.

Ups. Masih ada satu nama lagi yang disebut Bu Mega: Ahok. Yang juga hadir di kongres. Dengan jaket merah. Duduk di bagian tengah.

"Saya tidak mau panggil nama barunya...apa itu ...," kata Bu Mega sambil mengingat-ingat singkatannya. "Be... Ce.. Pe.. Basuki Cahaya Purnama. Sulit mengingatnya. Saya tadi sampai harus menghafal," katanya.

"Saya tetap panggil Ahok sajalah. Kan namanya memang Ahok. Nama siapa pun... Aseng, Ahok.. Kalau sudah warga negara Indonesia ya Ahok-lah."

Pidato itu begitu sering diselingi ekspresi tubuh dan wajah. Yakni saat Bu Mega lagi menyelingi pidatonya tanpa teks. Begitu ekspresif. Ekspresi merengut. Ekspresi mencep --yang menjadi ciri khasnya. Ekspresi kegembiraan.

Kadang tertawa sampai terpingkal. Ekspresi memukul. Ekspresi menghindari pukulan. Sampai terlihat, satu kali, badannya kiprah --mirip ekspresi pak Prabowo saat debat capres dulu-- jingkrak kecil menggambarkan gerak terlalu lega --setelah mengucapkan satu kalimat yang bernada telak.

Terlihat jelas bahwa suasana kebatinan Bu Mega lagi happy. Rasanya Bu Mega lebih cantik dibanding awal tahun lalu --ketika lebih dua jam saya diskusi bertiga dengan Bu Mega.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News