Tito: Butuh Kerja Sama Internasional untuk Berantas Terorisme
Melawan narasi-narasi sempit yang biasa digunakan kelompok radikal untuk menebar kebencian dan permusuhan, sebut Tito, bukan saja berfungsi untuk memutus rantai penyebaran propaganda.
Tetapi juga untuk mendidik masyarakat melalui informasi-informasi yang benar terkait dengan agama. Dengan demikian ke depan agama tidak lagi digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan.
Selain itu, kontra narasi radikalisme bisa mengimbangi narasi sempit kelompok radikal dalam menjelaskan perkara agama. Hal ini penting karena melakukan kontra narasi berarti mematikan ideologi yang selama ini menjadi landasan pemikiran kekerasan.
“Ideologi hanya bisa dikalahkan dengan ideologi pula,” kata Mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT Irjen Pol Petrus R. Golose menambahkan, terorisme bukan lagi menjadi urusan satu negara saja, tetapi sudah menjadi ancaman dunia.
Ditambah dengan keberadaan Foreign Terorisme Fighters (FTF) atau teroris antarnegara mengharuskan dunia internasional bersatu untuk memberantas berbagai macam ancaman terorisme di muka bumi.
“Terorisme adalah musuh kita semua sehingga kita harus lawan. Dunia harus bergandeng tangan untuk memberantas terorisme,” kata Petrus. (jos/jpnn)
- 5 Berita Terpopuler: Rumor Menyebar, 770 Ribu Honorer Tak Terakomodasi, Pendaftaran CPNS 2024 Mengejutkan
- Investigasi Pesawat Jatuh di BSD, KNKT Cek Komunikasi Pilot dengan Petugas Menara Pengawas
- Identitas 3 Korban Pesawat Jatuh di BSD Terungkap
- Para Siswa SMP Avicenna Dinilai Tampil Keren di TEDx Youth Event
- Ini Identitas 3 Korban Pesawat Jatuh di BSD Tangsel
- Lestari Moerdijat Sebut Harkitnas Momentum Menyatukan Kekuatan Setiap Anak Bangsa