Tjahjo Kumolo, Puisi, Gitar, dan Pengabdian
"Hati/jiwa kita adalah akar/pondasi. Dia tuan rumah, sedangkan pikiran, panca indra dan raga adalah tamu. Jiwa akan berkuasa atas tamunya. Karena jiwa tempat pusaran jagad kecil manusia. Jika jiwa lebih dikuasai oleh tamu-nya, maka jiwa kita akan semakin menua, semakin rapuh dan akhirnya hancur, yang mengakibatkan tamu hidup tanpa jiwa, bak perahu berjalan tanpa layar, terombang-ambing," ujar Tjahjo.
Selain menorehkan puisi-puisi indah, pria kelahiran Surakarta ini ternyata mampu memainkan sejumlah alat musik. Itu ia lakoni sejak masih muda. Hanya saja diakui, kini mulai berkurang karena mengingat kesibukan yang begitu luarbiasa.
"Ya sesekali masih mencoba memetik gitar untuk menghibur diri," ujarnya.
Pria kelahiran Surakarta ini mengatakan, bahwa hidup kadang penuh fatamorgana. Perjalanan kadang penuh tipu daya, keyakinan kadang diuji dan kepercayaan sering dikhianati.
"Jangan lelah berdoa, jangan larut dalam duka. Usap jiwa, bersimpuh di depanNya. Hanya Dia pemilik sukma. Langkah pertama menentukan langkah selanjutnya, ikatkan langkahmu dengan pikir, hati dan perasaan," ujarnya.(gir/jpnn)
AKTIVITASNYA luarbiasa padat. Bahkan setiap hari bisa hingga lebih dari 18 jam dihabiskan untuk bekerja. Mulai dari mengikuti rapat terbatas dengan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor