TKI di Korsel Dirikan 57 Musala, Ingin Punya Masjid

TKI di Korsel Dirikan 57 Musala, Ingin Punya Masjid
Dari kiri, Hamid Maulana Yusuf, Nurcholis, Heru Vinun, Agus, dan penulis. Foto: Zaenal Muttaqin/Jawa Pos Group

jpnn.com - Ada satu rombongan jemaah haji berbendera Korea dan Jepang, saat wukuf di Maktab 96 Arafah, Kamis, 31 Agustus 2017.

Di tas cangklong mereka yang diselempangkan di pakaian ihram, juga ada bendera Korea-nya.

Mereka adalah para lelaki yang kulitnya tidak kuning, sebagaimana lazimnya lelaki Korea. Kulit mereka agak gelap. Wajah mereka seperti kebanyakan wajah pemuda Indonesia.

Ketika didekati, mereka ternyata berbahasa Jawa. Ketika mereka diajak kenalan, salah satunya bernama Agus, 35, asal Madiun.

Dia sudah 4,5 tahun bekerja di pabrik pulpen di Seoul. Heru Vinun, 37, asal Trenggalek, sudah 10 tahun bekerja di perakitan mesin di Seoul.

Hamid Maulana Yusuf, 39, asal Lampung, sudah 12 tahun berprofesi welder (ahli las) di Seoul. Dan, Nurcholis, 39, asal Ponorogo, sudah 4 tahun bekerja di pabrik makanan, juga di Seoul.

Menurut mereka, ada 20 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berhaji bersama rombongan mereka.

Mereka berhaji dengan menggunakan jasa ONH Plus Golden Bridge milik Dyastriningrum Subandiati, perempuan asal Jogja yang sejak 10 tahun lalu mengelola ONH Plus di Seoul, Korsel.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News