Tradisi Mengantar Orang Berangkat Haji dan Titip Doa

Tradisi Mengantar Orang Berangkat Haji dan Titip Doa
Ilustrasi jemaah haji Indonesia. Foto: Dok. JPNN.com

jpnn.com - Haji merupakan rukun Islam yang terakhir. Namun, tidak semua orang bisa menunaikan ibadah haji, karena dalam pelaksanaannya, ibadah haji membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Di Indonesia, setiap musim haji pasti disambut meriah baik oleh orang yang hendak melaksanakannya atau bagi tetangga dan sanak saudara sekitarnya.

Mereka berbondong-bondong rela mengantarkan tetangga atau saudaranya yang hendak berangkat dengan meriah, hanya untuk sekedar melepas kerinduan karena akan ditinggal selama beberapa hari di tanah suci atau demi menitipkan doa.

Para ulama pernah menyinggung hal ini, di antaranya adalah Syekh Abu Bakr al-Ajurriy dari kalangan Madzhab Hanbali mengatakan tradisi mengantar orang berangkat haji dan menitipkan doa termasuk sesuatu yang dianjurkan.

Syaikh Abu Bakr al-Ajurry menuturkan tentang kesunahan mengantar orang haji dan menitipkan juga meminta untuk mendoakannya. Imam Ahmad pernah mengantar ibunya untuk haji.

Tradisi mengantarkan orang yang hendak bepergian haji ini sebenarnya sudah berlaku di masa Rasulullah SAW di tempat yang bernama Tsaniyyatul Wada'.

Di tempat ini juga dulu beliau pernah ditunggu oleh para sahabat ketika datang berperang. Seperti yang tertera dalam kitab Syarh An-Nawawi alal Muslim, juz13 halaman 14.

Adapun Tsaniatul Wada' adalah tempat samping Madinah, dinamakan begitu karena orang yang keluar dari Madinah itu berjalan bersama orang-orang yang ditinggalkannya (untuk mengantar).

Mereka berbondong-bondong rela mengantarkan tetangga atau saudaranya yang hendak berangkat haji.

Sumber NuOnline

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News