Transpuan Makin Sulit Bertahan di Masa Pandemi, Keterbatasan Akses Jadi Faktor Utama

Transpuan Makin Sulit Bertahan di Masa Pandemi, Keterbatasan Akses Jadi Faktor Utama
Untuk bertahan hidup, para transpuan yang tinggal di salon milik Yuli sekarang membuat dan berjualan kue. (Supplied.)

“Sebenarnya kalau sudah berdomisili minimal setahun, atau kalau ada surat pengantar dari tempat asal, kan sudah berhak.”

“Tapi sering ada masalah di pemeriksaan surat asal domisili, atau di tingkat RT dan RW, di lingkungan sekitar tempat tinggal yang agak berjarak dengan teman-teman transpuan.”

Akibatnya, menurut Jenny, karena tidak memiliki KTP, bukan hanya ia kehilangan akses ke layanan kesehatan dan bantuan, tapi juga kehilangan haknya sebagai warga negara seperti ikut Pemilu, atau bahkan membuka rekening tabungan di bank.

Juga memiliki KTP menjadi krusial saat sekarang di tengah pandemi.

“Kita kesulitan, karena dalam bulan ini saja ada sekitar 27 orang transpuan di Jakarta yang meninggal karena COVID, untungnya karena dimakamkan dengan protokol COVID, jadi tidak ada biaya yang dikeluarkan,” kata Yuli.

“Tapi ada ratusan dari transpuan yang saat ini isolasi mandiri kesulitan mendapat akses kesehatan, karena sebagian nggak punya KTP,” tambahnya.

Dan bukti identitas ini juga berpotensi menjadi masalah untuk para transpuan mengakses vaksinasi COVID.

Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri Prof Zudan Arif Fakrulloh mengatakan, selama ini pihaknya memberikan layanan yang inklusif kepada seluruh warga negara Indonesia, termasuk transpuan.

Menurut Rully, ada 18 transpuan meninggal dunia di Yogyakarta pada masa pandemi COVID-19

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News