Transpuan Makin Sulit Bertahan di Masa Pandemi, Keterbatasan Akses Jadi Faktor Utama

Transpuan Makin Sulit Bertahan di Masa Pandemi, Keterbatasan Akses Jadi Faktor Utama
Untuk bertahan hidup, para transpuan yang tinggal di salon milik Yuli sekarang membuat dan berjualan kue. (Supplied.)

Namun, ia mengatakan ada juga hambatan dari internal transpuan yang mengaku sungkan datang ke kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

"Sehingga sekarang strateginya kami balik. Kami lakukan pendataan lebih dulu untuk bisa diketahui NIK [Nomor Induk Kependudukan] mereka," kata Zudan kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.

"Ada kesalahpahaman di masyarakat yang mengatakan jika mereka tidak bisa mengakses bantuan karena enggak punya KTP, padahal sebenarnya yang penting NIK-nya, karena itu yang menjadi basis pelayanan publik di Indonesia."

Selain menjemput bola, Zudan meminta para transpuan untuk aktif, baik secara individu maupun kolektif untuk datang ke kantor Dukcapil untuk didata.

"Jangan ragu untuk datang ke kantor kami, dan teman-teman transpuan juga harus aktif memberikan datanya agar kami bisa mengecek, apakah mereka sudah terdaftar di daerah lain atau belum. Juga harus jujur soal nama, tanggal lahir, dan nama orangtua, supaya petugas juga enggak salah saat mengecek."

Menurut Zudan, Pihak Dukcapil kini telah bekerja sama dengan komunitas transpuan dalam pendataan penduduk. 

Rully Malay berharap agar bukti identitas penduduk bagi transpuan dapat segera rampung sehingga hak-hak mereka sebagai warga negara tidak terampas.

“Dengan demikian, mereka juga akan bisa mendapat bantuan sebagai stimulan,” kata Rully.

Menurut Rully, ada 18 transpuan meninggal dunia di Yogyakarta pada masa pandemi COVID-19

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News