Tren Ekspor AMDK Meningkat, Nilainya Masih Kecil
Daerah yang memiliki jumlah konsumsi terbesar ialah wilayah Jawa dan Bali dengan porsi 60 persen. Setelah itu disusul Sumatera, Sulawesi, dan daerah lainnya.
"Ekspektasi kami kebutuhan AMDK di tahun politik ini akan mampu meningkat di kisaran sepuluh persen. Terlebih lagi setelah kampanye langsung diteruskan momen Ramadan dan lebaran," tegas Rachmat.
Untuk mengantisipasi adanya kenaikan tersebut, pihaknya bersama anggota yang tergabung dalam Aspadin telah melakukan sejumlah persiapan.
Di antaranya memaksimalkan produksi, menambah pasokan untuk menunjang permintaan, serta memperluas atau menyewa gudang guna menyimpan stok AMDK.
"Kami juga menyiapkan logistiknya supaya distribusi barang lancar untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan air minum," tutur Rachmat.
Pihaknya juga berharap kepada pemerintah untuk mempermudah regulasi perizinan penggunaan sumber daya air demi meningkatkan pertumbuhan penjualan bisnis AMDK.
"Sebab, memang kendalanya sejauh ini terletak di perizinan yang kurang lancar, terutama di daerah-daerah yang dekat pegunungan. Misalnya, di Jawa. Nah, tahun ini kami berharap regulasinya bisa lebih kondusif lagi," imbuh Rachmat. (cin/nur)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor air minum dalam kemasan (AMDK) sepanjang tahun 2018 naik 13,76 persen dibandingkan pada 2017.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pakar Sebut Ancaman Bromat dalam AMDK Nyata
- Truk Ekspedisi Dilarang Lewat Tol, Sopir dan Agen AMDK Menjerit
- AMDK Aman dikonsumsi, Ini Syarat-Syarat dari Pemerintah
- ASPADIN Ambil Langkah Nyata Diseminasi Peta Jalan Pengurangan Sampah
- Ekonom Sebut Pelarangan Angkutan Logistik Saat Libur Hari Besar Keagamaan Munculkan Masalah Baru
- Perusahaan AMDK Ini Ambil Peran Bantu Meringankan Penderitaaan Rakyat Palestina