UAS

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

UAS
Ustaz Abdul Somad. Foto: Ricardo/JPNN.com

Dengan program ini, Mahathir ingin supaya etnis Melayu bisa bersaing dengan etnis minoritas lain, terutama China.

Ketegangan etnis China dengan Melayu meledak menjadi kerusuhan anti-China yang meluas pada 1964.

Ketika itu, Singapura masih menjadi bagian dari Federasi Malaysia. Kerusuhan anti-China itu terjadi bertepatan dengan momen Maulud Nabi.

Kerusuhan meluas tidak terkendali. Singapura kemudian memutuskan diri keluar dari federasi dan memerdekakan diri pada 1965.

Kecurigaan Singapura terhadap etnis Melayu Islam masih tetap hidup sampai sekarang. Kecurigaan yang sama juga terjadi terhadap Indonesia.

Ketika B.J Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto, Singapura ketakutan karena melihat Habibie akan membawa gerbong Islam dalam pemerintahannya.

Singapura tidak mengucapkan selamat atas terbentuknya pemerintahan Habibie. Hal ini dianggap sebagai sinyal bahwa Singapura tidak suka terhadap pemerintahan Habibie yang demokratis.

Habibie menyulut insiden diplomatik dengan menyebut Singapura sebagai ‘’the little red dot country’’ negara titik kecil merah.

UAS menganggap Pemerintah Singapura sombong dengan melakukan pencekalan terhadapnya. UAS mengingatkan bahwa Singapura adalah negara kecil dibanding Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News