Universita Del Caffe, Kampus Para 'Mahasiswa' yang Belajar tentang Kopi

Kuliah Hanya Empat Hari, 30 Detik Menentukan Rasa

Universita Del Caffe, Kampus Para 'Mahasiswa' yang Belajar tentang Kopi
Michael J. Gibbons membimbing para mahasiswanya cara meracik kopi. Foto: Muhammad Ali/Jawa Pos
Espresso merupakan dasar praktik di Universita Del Caffe. Dalam bahasa yang disampaikan Gibbons, espresso adalah dasar untuk menjadi ahli kopi (barista). Jika mampu membuat espresso yang disukai banyak konsumen, mudah bagi seorang barista untuk meracik jenis kopi lain. "Belajar espresso ini juga harus diulang-ulang. Sebab, bisa jadi takaran Anda pas karena kebetulan saja," tegas barista expert asal Australia itu.

Universita Del Caffe Jakarta hanya salah satu di antara pengembangan lembaga pendidikan barista milik Illy, sebuah produsen kopi ternama asal Italia. Selain di Jakarta, cabang Universita Del Caffe di kawasan Asia terdapat di Tiongkok, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Gibbons menyatakan, para mahasiswa yang belajar perkopian di kampusnya berasal dari berbagai latar belakang pendidikan. Biasanya, mereka yang datang adalah para calon barista dari hotel berbintang lima. "Sekarang ini ada pegawai Hotel Le Meridien yang dikirim belajar di sini," katanya.

Selain profesional dari hotel, ada sejumlah "mahasiswa" yang belajar karena ingin membuka bisnis kafe. "Mereka semua sudah memiliki pekerjaan utama. Nah, ini sebagai side job (pekerjaan sampingan, Red)," jelas pria yang profesi utamanya adalah brand and development manager Illy Indonesia itu.

Pada dua hari pertama masa kuliah, para peserta akan diberi materi untuk menjadi espresso expert. Menurut Gibbons, seorang espresso expert harus memahami sejarah kopi. Selanjutnya, espresso expert harus paham cara mengolah biji kopi menjadi bubuk. Pengolahan biji tersebut juga menentukan rasa berbagai macam olahan kopi. "Seorang espresso expert harus menghargai biji kopi," jelasnya.

Espresso expert juga harus mengenal jenis-jenis biji kopi. Biji kopi yang saat ini berada di pasaran adalah jenis arabica dan robusta. Arabica memiliki ciri biji yang besar namun rendah kafein. Sementara itu, robusta memiliki biji yang kecil namun rasanya lebih kuat. Membuat espresso, kata Gibbons, seperti halnya membuat kopi tubruk. Pria yang sudah tiga tahun tinggal di Jakarta itu menyatakan sudah berkali-kali mencoba berbagai citarasa kopi tubruk. Perbedaan espresso dari kopi khas Indonesia itu adalah cara pengolahan biji kopi dan ekstraksinya. "Biji kopi di Indonesia sangat bagus, tinggal cara pengolahannya," ucapnya.

Proses untuk ekstraksi juga tidak harus menggunakan mesin. Proses ekstraksi tanpa mesin, ujar dia, cukup dengan mendiamkan campuran kopi dengan air panas beberapa saat sebelum diminum. "Yang harus diingat, cukup takaran kopi dan airnya saja," kata pria bergelar connoiseur profesori dari Universita Del Caffe De Trieste, Italia, tersebut.

Jika peran antara barista, kopi, dan mesin dibandingkan, barista memegang peran penting. "Membuat kopi itu 70 persen barista, 20 persen kopi, dan 10 persen mesin," paparnya.Setelah dasar espresso expert diberikan, giliran materi creative coffee diajarkan. Dalam sesi ini, para mahasiswa tahu standar seorang barista membuat cappucino, caffe latte, machiatto, dan sejumlah variasi kopi lainnya.

Standar creative coffee yang diberikan adalah citarasa Illy. Pabrik kopi asal Italia tersebut memiliki ribuan kafe yang beberapa di antaranya juga berada di Indonesia. "Baik rasa, aroma, tekstur, semua dikembangkan Illy," ujar Gibbons.

Anda penggemar kopi? Jika ingin mendalami ilmu perkopian, Anda bisa 'kuliah' di sebuah kampus. Namanya Universita Del Caffe.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News