Universita Del Caffe, Kampus Para 'Mahasiswa' yang Belajar tentang Kopi

Kuliah Hanya Empat Hari, 30 Detik Menentukan Rasa

Universita Del Caffe, Kampus Para 'Mahasiswa' yang Belajar tentang Kopi
Michael J. Gibbons membimbing para mahasiswanya cara meracik kopi. Foto: Muhammad Ali/Jawa Pos
Anda penggemar kopi? Jika ingin mendalami ilmu perkopian, Anda bisa "kuliah" di sebuah kampus. Namanya Universita Del Caffe. Pusatnya di Trieste, Italia. Tapi, di Jakarta sudah ada cabangnya. Bagaimana sistem perkuliahannya?
 ------------------------------ ------------
 TRI MUJOKO BAYUAJI, Jakarta
 ------------------------------ -----------
Gedung berlantai tiga itu terletak di Jl Hasyim Asy'ari, Jakarta Pusat. Luas setiap lantai sekitar 120 meter persegi. Itulah gedung Universita Del Caffe. Kampus bagi siapa saja yang ingin belajar tentang kopi dan cara meracik kopi itu merupakan cabang Universita Del Caffe yang berpusat di Trieste, Italia.

Tempat kuliah berada di lantai tiga. Lantai satu dan dua untuk tempat pendaftaran dan administrasi. Siang itu, Jawa Pos berada di lantai tiga. Di sana sudah ada 20 "mahasiswa" yang sedang belajar. Suasana tempat belajar sekilas mirip laboratorium. Hanya, tidak ada gelas ukur. Yang ada adalah sejumlah perlengkapan membuat dan meracik kopi seperti mesin pembuat espresso dan grinder.

Selain itu, ratusan gelas dan cangkir tertata rapi di dalam kardus. Begitu pula dengan biji-bijian kopi yang sudah ditata sedemikian rupa, siap untuk diracik. Dua puluh mahasiswa yang sedang belajar itu merupakan angkatan atau gelombang kedua. Sejak dibuka Oktober lalu, memang baru ada dua angkatan. Angkatan ketiga baru akan dibuka bulan ini.

Universitas kopi tersebut punya sistem perkuliahan yang sangat berbeda dari universitas pada lazimnya. Masa kuliahnya pun sangat singkat: hanya empat hari. Setiap hari, kuliah dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 17.00. Setelah lulus, para mahasiswa berhak menyandang gelar barista (ahli kopi). Sertifikatnya pun dikeluarkan Illy, sebuah merek kopi terkenal di Italia.

Yang juga membuat universitas kopi itu berbeda dari kampus lain, tenaga pengajarnya hanya seorang. Itu pun merangkap rektor. Dia adalah Michael J. Gibbons.Ketika Jawa Pos berada di kampus tersebut, Gibbons terlihat sedang sibuk mondar-mandir mengawasi para mahasiswanya. Saat itu, dia memerintah para mahasiswa untuk membuat espresso (kopi hitam) dalam takaran 30 mililiter. "I want 30 seconds Guys, I don"t want 25 or 35 (Saya hanya ingin 30 detik, bukan 25 atau 35 detik, Red)," kata Gibbons.

Maksud 30 detik itu adalah waktu ekstraksi 30 ml kopi saat dialirkan dari mesin ke cangkir. Takaran kopinya sangat spesifik, 6 hingga 7 gram untuk 30 ml espresso. Air yang digunakan pun harus berada pada kisaran suhu 90 derajat Celsius. "Waktu 30 detik sangat vital untuk menentukan rasa kopi," tegas Gibbons sambil menunjukkan hasil karya para mahasiswanya.

Puluhan cangkir berisi espresso itu dipajang di meja paling tengah. Espresso yang disajikan masih tanpa gula. Peserta dianggap berhasil membuat espresso dalam takaran yang pas jika espresso memiliki tekstur permukaan yang kecokelatan kental namun dalamnya hitam pekat.Sementara itu, yang under-extraction (kurang ekstrasi) atau over-extraction (kelebihan) memiliki warna hanya kecokelatan atau hitam saja. "Rasanya pun berbeda. Coba saja," ujar Gibbons kepada Jawa Pos.

Kopi dengan ekstraksi 30 detik memiliki aroma kuat seperti kopi arabica, namun rasa pahitnya khas. Berbeda dari hasil ekstraksi lain yang masih memiliki rasa pahit yang sangat kuat. "Kopi jenis ini (ekstraksi 30 detik, Red) banyak diminta customer (pembeli, Red). Rasanya, wow..." ungkap pria 40-an tahun tersebut mengekspresikan rasa.

Anda penggemar kopi? Jika ingin mendalami ilmu perkopian, Anda bisa 'kuliah' di sebuah kampus. Namanya Universita Del Caffe.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News