Upaya Kementan Mengantisipasi Ancaman Krisis Pangan

Upaya Kementan Mengantisipasi Ancaman Krisis Pangan
Mentan Syahrul Yasin Limpo. Foto: Humas Kementan

Kondisi ketersediaan secara nasional mesti dibarengi dengan keterjangkauan masyarakat secara merata di seluruh wilayah.

Karena itu, strategi Kementan dengan memfasilitasi biaya pengangkutan pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar hasil panen petani tetap terserap pasar di tengah pandemi sehingga petani tetap bersemangat menanam.

Pada periode April s.d. Juni 2020, total fasilitasi pengangkutan mencapai 140 ton untuk bawang merah, 19,9 ton cabai besar, 62,2 ton cabai rawit, dan 26,5 ton telur ayam.

Intervensi pasokan melalui fasilitasi pengangkutan ini akan terus dilakukan guna memastikan keterjangkauan pangan tetap merata di seluruh wilayah.

Selain itu, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) juga memperkuat ketersediaan dan stabilisasi harga dengan mengembangkan Pasar Mitra Tani dan Toko Mitra Tani.

Tujuannya untuk memotong rantai pasok, agar produsen mendapat harga yang layak serta konsumen memperoleh pangan yang terjangkau.

Kepala BKP Agung Hendriadi menuturkan, strategi lain yang diterapkan oleh Kementan untuk mengantisipasi krisis pangan adalah diversifikasi pangan lokal.

Agung mengungkapkan pentingnya pengembangan pangan lokal ini karena potensi pangan lokal di Indonesia sangat besar.

Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kesempatan menegaskan komitmennya untuk menjaga ketahanan pangan guna mengantisipasi ancaman krisis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News