Upaya Kurangi Emisi Karbon, Biomassa Kayu Jadi Salah Satu Pilihan

Upaya Kurangi Emisi Karbon, Biomassa Kayu Jadi Salah Satu Pilihan
Sesi panel bertajuk Climate Resilience and energy Transition: Fostering Colaborative Action” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP27 UNFCCC di Sharm El Sheikh, Mesir, Rabu (9/11) lalu. Foto: Dok ESDM

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo menyambut positif transisi energi yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi cofiring biomassa sebagai pembangkit listrik di PLTU.

Cofiring adalah peralihan sebagian bahan bakar batu bara dengan biomassa yang ramah lingkungan, tidak boros karbon, dan terbarukan.

Cofiring program akan dilaksanakan di 52 lokasi yang terdiri dari 114 PLTU yang menghasilkan 18.000 MW listrik.

"Ini berarti ada kebutuhan bahan baku biomassa sekitar 4,1 juta ton per tahun," tuturnya.

Indroyono bilang Indonesia memiliki sejumlah spesies tanaman penghasil kayu energi yang bisa dimanfatkan untuk mendukung cofiring karena memiliki nilai kalor yang tak kalah dengan batu bara. Di antaranya adalah akasia, gamal, dan kaliandra.

Kayu yang dipanen diubah menjadi produk serpih untuk bisa langsung dimanfaatkan cofiring PLTU atau bisa diubah terlebih dahulu menjadi wood pellet.

"Pemanfaatan biomassa kayu sangat berkelanjutan karena dimulai dari menanam, kemudian dipanen, lalu kembali ditanam, begitu seterusnya," jelas Indroyono.

Deputy Director of Sustainability and Stakeholder Engagement APRIL Group Dian Novarina mengungkapkan sebagai produsen produk bubur kayu dan kertas terintegrasi, APRIL Group berkomitmen untuk mendukung pemerintah mencegah perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Menurut Dadan, transisi energi terbarukan berbasis produk kehutanan menjadi salah satu opsi yang potensial untuk terus berkembang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News