Urus Izin Kena Tuduh Kristenisasi, Buka Dapat Fitnah Islam Garis Keras

Urus Izin Kena Tuduh Kristenisasi, Buka Dapat Fitnah Islam Garis Keras
TELADAN: Julianto Eka Putra (tengah) bersama para murid SMA Selamat Pagi Indonesia dari berbagai suku dan agama di kompleks sekolah Bumiaji, Batu, Jawa Timur. Foto : Abdul Rokhim/Jawa Pos

Prinsip yang ditekankan Ko Jul itu memang terlihat nyata saat menengok aktivitas belajar mengajar di kelas-kelas. Di salah satu kelas yang didatangi, yakni kelas III IPS, misalnya, Sarah dan Charles asal Jayapura bercanda lepas dengan Martha asal Semarang dan Fitri asal Kalimantan Timur, saat menunggu pelajaran dimulai. Keceriaan juga terlihat di kelas I.

Umay asal Batam, Daud asal Papua, dan Ardhi asal Bandung, bersama teman-temannya memberikan surprise kepada Bu Guru Ria yang berulang tahun. Perbedaan penampilan fisik, tingkah laku, dan logat bicara malah membuat ruang kelas yang sempit karena hanya berukuran 3 x 4 penuh dengan keriangan.

Tak hanya dalam bergaul, dalam perilaku sehari-hari, kerukunan juga selalu dijaga. Yulita, siswi kelas II asal Senawar, Kalimantan Timur, mengungkapkan, mereka saling mengingatkan jika ada teman lupa beribadah. "Saya akan tegur jika ada kawan Islam yang lupa salat," ujar dara 17 tahun penganut Katolik itu.

Mewujudkan keindahan perbedaan itu diakui Ko Jul tidak mudah. Dia mengaku butuh waktu 10 tahun untuk mendirikan SPI. "Setelah menyaksikan dahsyatnya dampak kerusuhan Mei 1998, saya membuat visi membangun sekolah gratis untuk semua golongan," ungkapnya. Visi itu sempat disepelekan oleh kolega dan keluarga Ko Jul. "Wajar saja, sebab gaji saya masih pas-pasan kok mau bikin sekolah gratis untuk anak se-Indonesia," kenangnya lantas tertawa.

Tanpa banyak pencitraan, semboyan bangsa "berbeda-beda, tapi tetap satu jua" dipraktikkan bertahun-tahun di sebuah sekolah di lereng Pegunungan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News