Urusan Solar, Khawatir Nelayan Adu Jotos

Urusan Solar, Khawatir Nelayan Adu Jotos
Urusan Solar, Khawatir Nelayan Adu Jotos

Penuturan senada disampaikan Warlan (47), seorang nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Tegal Barat. Saking kesalnya pada kebijakan pengurangan kuota solar bersubsidi, dia justru meminta pemerintah agar sekalian menghapus subsidi solar.

"Hapus sekalian subsidi solar, asal pasokannya lancar dan kebutuhan solar untuk nelayan dipenuhi sesuai permintaan," tegasnya.

Disebutkan, satu kapal cantrang membutuhkan 8.000 liter solar untuk melaut selama sebulan. Lantaran kuota solar bersubsidi di SPBN dikurangi. Kapal cantrang hanya mendapat jatah 4.000 liter solar.

"Karena itu kami hanya bisa melaut selama dua pekan. Setelah mendarat harus antri lagi di SPBN selama satu bulan untuk mendapatkan jatah solar."

Ditanya apakah dengan harga non subsidi nelayan mampu menebusnya? Warlan mengaku, keuntungan nelayan kalau bisa melaut selama satu bulan jauh lebih besar daripada hanya dua pekan dengan solar bersubsidi. "Sama juga bohong kalau solarnya murah, tapi waktu nganggurnya lama."

Sementara itu Bendahara Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Tasman mengungkapkan pendapat pribadinya. Apa yang disampaikan nelayan terkait solar non subsidi cukup bagus. "Itu demi kelancaran nelayan sendiri. Kalau harga solar disamaratakan, tidak ada lagi penyelewengan," katanya. (adi)


TEGAL - Aturan pembatasan atau pengurangan kuota solar nelayan sebanyak 20 persen di SPBN, berpontensi menyulut amarah nelayan Kota Tegal. Paguyuban


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News