Usai Kudeta Turki, Erdogan Sukses Ciptakan Musuh Bersama

Usai Kudeta Turki, Erdogan Sukses Ciptakan Musuh Bersama
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, berpidato di depan massanya. Foto: AFP

Mengorbankan militer, Erdogan pun kini mulai mendapat apa yang diinginkan. Yakni, kekuasaan mutlak sebagai presiden. Tidak hanya berkuasa di wilayah sipil, tetapi juga militer. Sukses menyita kembali simpati rakyat Turki lewat kudeta gagal tersebut, Erdogan juga berusaha mempersatukan bangsanya dengan menciptakan musuh bersama. 

Ya, dia menuding Fethullah Gulen sebagai dalang di balik aksi makar tersebut. Namun, begitu mendengar tudingan itu, tokoh yang kini mengasingkan diri di Amerika Serikat (AS) tersebut langsung membantah. ’’Penjahatnya ada di Pennsylvania,’’ tulis kelompok pro pemerintah dalam spanduk yang mereka bawa ketika unjuk rasa pascakudeta. 

Tulisan itu merujuk pada Gulen. Sejak 1999 pendiri Gerakan Gulen alias Hizmet itu hijrah ke Negeri Paman Sam. Tepatnya setelah hubungannya dengan Erdogan kian buruk. Sampai sekarang, dia masih tinggal di Kota Saylorsburg, Monroe County, Negara Bagian Pennsylvania.

Dengan terus-menerus menyebut Gulen sebagai otak kudeta gagal itu, Erdogan seolah mendapatkan pembenaran atau setidaknya pembiaran untuk melakukan razia. Selain razia, dia menangkap siapa pun yang dianggap lawan. Tentunya dengan menyebut lawan-lawannya itu sebagai pendukung kudeta. ’’Itulah yang membuat bangsa ini lantas bersatu. Tidak ada yang berpihak pada Gulen,’’ papar Burak Kadercan.

Pakar politik Turki yang mengajar di Naval War College AS di Negara Bagian Rhode Island itu mengakui kelihaian Erdogan dalam berstrategi. Dia membuat dunia melihat bahwa seolah-olah rakyat berpihak kepadanya. ’’Rakyat akan dengan bangga mengakui dirinya sebagai kelompok antikudeta. Itu membuat mereka otomatis disebut sebagai kelompok anti-Gulen meskipun sebenarnya juga tidak pro-Erdogan,’’ paparnya.

Gulen yang terus-menerus disalahkan kembali angkat bicara. Dari rumah peristirahatannya di salah satu kaki bukit di Pennsylvania, Gulen kembali menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat dalam kudeta gagal tersebut. ’’Filosofi saya adalah Islam yang inklusif dan plural serta yang bisa dimanfaatkan untuk melayani kepentingan banyak orang, lintas agama. Semua itu bertentangan dengan kudeta bersenjata,’’ tegasnya. (afp/reuters/time/bloomberg/ahram/hep/c15/any)


ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan semakin leluasa membentuk pemeritahan ideal versinya. Sejak kudeta gagal di Turki pada 15 Juli lalu,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News