Usai Kudeta Turki, Erdogan Sukses Ciptakan Musuh Bersama

Usai Kudeta Turki, Erdogan Sukses Ciptakan Musuh Bersama
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, berpidato di depan massanya. Foto: AFP

jpnn.com - ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan semakin leluasa membentuk pemeritahan ideal versinya. Sejak kudeta gagal di Turki pada 15 Juli lalu, Erdogan seperti mendapat kekuatan baru, yang lebih kuat; dukungan mayoritas rakyat.

Sebagai negara di perbatasan dua benua, Eropa dan Asia, Turki harus bersikap. Condong ke Eropa atau Asia. Pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk, memilih opsi pertama. Berkiblat pada Barat, dia memoles Turki menjadi negara sekuler. Lama kemudian, saat Turki berada di bawah komando Erdogan, segala warisan Ataturk itu dirombak.

Pada 2002, saat kali pertama menjadi penguasa, Erdogan langsung mengubah haluan Turki. Terutama memberikan banyak sentuhan Islam agar Turki tidak lagi terlihat sekuler. Namun, meski segala hal yang konservatif itu lebih mirip dengan nilai-nilai Asia, pemimpin 62 tahun tersebut tetap menginginkan Turki terlihat sebagai Eropa. Termasuk berusaha keras masuk Uni Eropa (UE).

"Selama tiga tahun terakhir Erdogan berusaha mengambil alih semua kendali pemerintahan. Dia mengabaikan tuduhan korupsi dan mulai mengabaikan demokrasi,’’ papar Onur Ant dan Caroline Alexander lewat tulisan mereka untuk Bloomberg. 

Manuver politik Erdogan itu membuat popularitasnya terus menurun. Apalagi, dalam kurun tersebut, dia juga kerap menerbitkan kebijakan kontroversial. Termasuk soal pengungsi Syria.

Di tengah kekacauan politik dalam negeri dan rumor korupsi yang kian santer, pecahlah kudeta. Saat itu Erdogan tidak berada di ibu kota. Dia tengah berlibur bersama keluarganya di sebuah resor. Kudeta yang digulirkan sebagian kecil petinggi dan personel militer di Kota Ankara itu pun gagal. Padahal, mereka juga berbekal senjata lengkap serta armada militer yang memadai.

Kudeta 15 Juli itu gagal setelah Erdogan memberikan perintah untuk melawan dari jarak jauh. Begitu Erdogan mengimbau rakyat agar turun ke jalan dan melawan kelompok militer yang makar itu, kekuatan sipil muncul dari berbagai penjuru ibu kota untuk melibas para pelaku kudeta.

’’Kudeta (gagal) itu, tampaknya, memang skenario Erdogan untuk membangun kembali kekuatannya dengan skala lebih besar. Baik dalam dunia politik maupun pemerintahan,’’ lanjut Ant dan Alexander.

ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan semakin leluasa membentuk pemeritahan ideal versinya. Sejak kudeta gagal di Turki pada 15 Juli lalu,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News