Waduuh, Dokter Rancang Aksi Unjuk Rasa

Waduuh, Dokter Rancang Aksi Unjuk Rasa
Dokter gelar aksi unjuk rasa. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

’’Kalau dibandingkan dengan program P2KB (Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan) dari IDI sudah jelas beda. Hanya habis Rp 1 juta per modul yang bisa diambil di 430 Cabang. Modul pun disesuaikan dengan apa yang diperlukan di daerah tugas mereka,’’ ungkapnya.

Terkait tuduhan pemerintah bahwa kualitas dokter umum rendah karena sering merujuk, Oetama menjelaskan bahwa rujukan yang banyak itu disebabkan oleh banyak faktor. 

Pertama, obat dan alat kesehatan yang seringkali tidak tersedia di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). 

Kedua, masih belum meratanya distribusi dokter yang membuat dokter tak punya banyak waktu untuk melakukan pemeriksaan.

’’Kalau misalnya dokter diberi waktu kurang dari 10 menit untuk melakukan konsultasi karena terlalu banyak pasien menunggu, otomatis mereka merujuk kasus-kasus yang dikira tidak bisa ditangani,’’ ungkapnya.

Ketua Bidang Organisasi PB IDI Mahesa Paramadina menyatakan, unjuk rasa tersebut tidak akan mengganggu pelayanan dokter di seluruh Indonesia. 

Menurutnya, aksi turun ke jalan hanya dilakukan oleh perwakilan seluruh IDI Daerah di Jakarta dengan menyasar Kementerian Hukum dan HAM.

’’Jumlah dokter yang ikut aksi damai kami perkirakan sekitar 2 ribu. Tapi, kami pastikan bahwa dokter yang bertugas di ICU atau punya peran penting akan tetap melayani pasien besok,’’ ujarnya. (bil)

JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun membulatkan tekad untuk turun ke jalan memprotes rencana program studi Dokter Layanan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News