Wahabi, Garis Keras Hingga...

Wahabi, Garis Keras Hingga...
Haji Rasul. Foto: Repro buku Ayahku, karangan Buya Hamka.

Kala itu, Naqsyabandi menjadi perbincangan serius di Mekah. Bahkan Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi menulis kitab Izharu Zuqhal Al-Kazibin, yang menentang keras tariqat tersebut. 

Rasul yang setelah pulang dari Mekah lebih karib disapa Haji Rasul menghindari konfrontasi dengan ayahnya. Dia memilih pergi memimpin pengajian di Surau Jembatan Besi Padang Panjang.

Meski keturunan pahlawan Paderi, perjuangan Haji Rasul memurnikan ajaran Islam tidak menggunakan kekuatan fisik yang frontal dan meledak-ledak seperti gerakan Paderi,

Melainkan dengan gerakan intelektual murni. 

Persamaannya dengan kaum Paderi hanya pada aliran Wahabi yang dibawa Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang ke Minangkabau, 1803. 

Disebut aliran Wahabi karena ketiga haji itu berguru kepada Syaikh Muhammad bin Abdil Wahab di Mekah. Aliran ini bertumpu pada Al-Qur’an dan hadist.

Dipimpin Haji Rasul, pengajian di surau itu harum hingga negeri seberang. Orang-orang datang belajar agama tidak hanya dari selegoran Minangkabau. 

Banyak juga yang jauh-jauh datang dari Tapanuli, Aceh, Bengkulu, Malaya, Siam dan Siak. 

Meski keturunan pahlawan Paderi, perjuangan Haji Rasul memurnikan ajaran Islam tidak menggunakan kekuatan fisik yang frontal dan meledak-ledak seperti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News