Wahabi, Garis Keras Hingga...

Wahabi, Garis Keras Hingga...
Haji Rasul. Foto: Repro buku Ayahku, karangan Buya Hamka.

Berguru

Usia 10 tahun, selain kepada ayahnya, Rasul juga mengaji Al-Qur’an di Barung-Barung Belantai, Koto Sabaleh, Tarusan, Pesisir Selatan kepada Tuanku Haji Hud dan Tuanku Faqih Said.

Usia 13 tahun, Rasul diserahkan ayahnya kepada Tuanku Sutan Muhammad Yusuf di Sungai Rotan, Pariaman untuk belajar kitab fiqih Minhaj Al-Thalibin-nya Imam Nawawi serta tafsir Jalalain.

“Sepulang dari Sungai Rotan dalam usia 16 tahun, ia diantarkan ayahnya ke Mekah untuk berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, putra Minang yang jadi imam besar Masjidil Haram, pada 1894,” tulis Tamrin Kamal dalam Purifikasi Ajaran Islam Pada Masyarakat Minangkabau.

Saat menyerahkan Rasul ke Syaikh Ahmad Khatib di Mekah, sebagaimana diceritakan Buya Hamka dala  buku Ayahku, Tuanku Kisai menekankan, “sebelum dapat belum boleh pulang!” 

Sekadar catatan, Rasul--lebih dikenal Haji Rasul, Inyiak Rasul, Inyiak De Er--adalah ayah Buya Hamka.

Jembatan Besi

Tujuh tahun Rasul berguru di tanah Arab. Pada 1901, begitu kembali ke Maninjau, dia malah berhadapan-hadapan dengan pemuka thariqat naqsyabandiyah yang tak lain ayahnya sendiri. 

Meski keturunan pahlawan Paderi, perjuangan Haji Rasul memurnikan ajaran Islam tidak menggunakan kekuatan fisik yang frontal dan meledak-ledak seperti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News