Wali Kota Jakarta Utara: SANGAT MENYAKITKAN

Wali Kota Jakarta Utara: SANGAT MENYAKITKAN
Foto: facebook

Bekerja dan memberikan yg terbaik menjadi tekad saya. Sudah sering saya ungkapkan bhw apa yg saya lakukan dlm pelaksanaan tugas saya lakukan secara maksimal dan secara ikhlas, tanpa berharap saya mendapat apa dan saya tidak berharap mendapatkan jabatan atau peningkatan karier yg lebih tinggi lagi. Jabatan Walikota saja bagi saya sdh merupakan sesuatu anugerah yg sangat luar biasa dan saya menganggap inilah puncak perjalanan karier saya yg dimulai dari tenaga magang (sekarang disebut PHL) di Kantor Kelurahan Rawabuaya Cengkareng Jakarta Barat. Hanya satu keinginan saya yaitu dapat menyelesaikan tugas dan karier saya secara baik. Diujung karier saya ini, saya ingin berbuat sesuatu yg bermanfaat bagi orang banyak sebagai bekal hidup saya di akherat kelak.

Saya juga sangat menyadari bahwa banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasn saya, walau saya berupaya pada setiap waktu memperbaiki kelemahan dan kekurangan tsb. Tatapi kelemahan, kekurangan atau juga kealpaan adalah sifat manusia yg sulit dielakkan. Dengan kesadaran tersebut maka dalam pikiran saya dikoreksi dari berbagai pihak atas pelaksanaan pekerjaan saya adalah suatu keharusan. Apalagi koreksi atau bahkan kemarahan dari pimpinan adalah suatu kewajaran bagi perbaikan ke depan. Oleh karena itu marahnya pimpinan saya anggap cambuk utk perbaikan ke depan. Saya tidak pernah sakit hati atas marahnya pimpinan kepada saya, karena saya selalu berpikir bhw pimpinan pasti lebih baik, lebih tahu dan lebih bijak dari bawahan

Khusus utk penertiban/pembongkaran, saya tidak pernah ragu apalagi takut melaksanakan tugas itu. Sebagaimana yg saya tunjukan pada saat penertiban di beberapa bagian wilayah di Jakarta Utara termasuk di Jl. Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama, Anak Kali Ciliwung Ancol, Lokalisasi Kalijodo, Pasar Ikan dan dibeberapa tempat lainnya. Cuma memang dalam penertiban/pembongkaran yg menyangkut orang banyak saya bertindak ekstra hati2, dg perhitungan matang dan hrs terkoordinasi dg unit2 terkait dan melalui pengkondisian secara baik. Ini mungkin terkesan atau dilihat oleh orang lain saya terlalu lamban. Satu hal yg menjadi kunci dalam penertiban/pembongkaran pemukiman adalah "ketersediaan dan kelayakan Rumah Susun sebagai tempat relokasi penghuni/penduduk yg akan ditertibkan" Ini suatu keharusan yg tidak boleh ditawar.

Walau saya berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik, dan juga berkawan dg orang politik (sesama mantan aktifis pada saat muda/mahasiswa), tapi dg kesadaran penuh bhw dalam pelaksanaan tugas saya sebagai PNS/Aparatur Sipil Negara, saya tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dg kepentingan politik orang/golongan tertentu. Jadi jika ada yg menilai bhw saya bersekutu dg tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017 saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali.

Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dg Pak Yusril adalah tidak benar.

Secara jujur saya katakan bhw kadang2 selaku bawahan saya juga mengharapkan mendapatkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas hasil kerja yg telah dikakukan, hal ini penting sebagai bekal semangat pelaksanaan tugaa selanjutnya. Tetapi jika itu tidak ada tidaklah mengapa dan saya akan terus melaksanakan tugas berikutnya dengan semangat. Bebeda dengan tuduhan yg menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yg SANGAT MENYAKITKAN

Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yg sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat, dan itu dipertontonkan di muka jagat raya

Apakah ini yg disebut BEKERJA DENGAN HATI ?
Wallahu Khairul Makiriin
-Rustam Effendi, Walikota Jakarta Utara-



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News