Wallahu A'lam untuk Dua Tokoh Mikroba

Wallahu A'lam untuk Dua Tokoh Mikroba
Wallahu A'lam untuk Dua Tokoh Mikroba

Apa hubungannya dengan saya? Ini salah saya sepenuhnya. Saya telat mengenal beliau. Blak-blakan saja, saya baru tahu tentang kehebatan beliau itu minggu lalu. Setelah Gunung Kelud meletus.

Memang juga ada selentingan ini: mengapa saya, dalam tulisan saya dulu, memuji pupuk temuan Adi Wijaya. Yakni, ketika saya untuk kali pertama menemui Adi di Grobogan, Purwodadi.

Dalam uji cobanya Adi berhasil membuat produktivitas kedelai menjadi tiga ton per hektare. Dari hanya 1,5 ton per hektare selama ini.

Saat itu saya belum tahu kalau ada penemuan serupa. Yakni, oleh Prof Ali Zum Mashar. Dengan menggunakan mikroba temuan Prof Zum, konon hasilnya bisa lebih hebat dari itu.

Rupanya, dua tokoh peneliti ini lagi perang dingin. Setidaknya di dunia maya. Saya tidak tahu itu. Baru tahu belakangan. “Bukan perang kok, Pak. Saya tidak pernah menanggapi,” ujar Adi Wijaya kepada saya kemarin.

Dengan nada merendah Adi mengatakan: saya ini bukan kelas beliau, saya ini masih junior.

Tapi, Adi memastikan bahwa temuan pupuknya itu tidak bisa dibandingkan dengan temuan Prof Zum. “Saya tidak meniru. Memang dulu sering ada proyek bersama. Tapi, temuan saya itu beda,” kata Adi.

Inilah penjelasan Adi: temuan saya itu “Prebiotik”. Temuan beliau adalah "Probiotik".

MUNGKIN saya belum akan bisa bertemu tokoh kita yang hebat ini: Prof Dr Ali Zum Mashar. Setidaknya dalam waktu dekat ini. Padahal, saya pengin sekali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News