Warga di Kawasan Penjarahan Minyak di Sumsel yang Hidup di Antara Pencemaran dan Kecemasan
Mengungsi Seminggu setelah Pipa Depan Rumah Bocor
Jumat, 12 Oktober 2012 – 01:08 WIB
Parahnya lagi, sumur warga juga terkena dampak penjarahan itu. Alhasil, untuk mandi dan kebutuhan sehari-hari, warga harus membeli air. Satu tangki air seharga Rp 170 ribu. "Itu bisa dipakai mandi dan mencuci pakaian seminggu," tutur Jamiatun, warga lain.
Kesulitan yang dialami penduduk Simpang Tungkal itu hanyalah salah satu dampak buruk yang terjadi di sepanjang jalur pipa Pertamina di dekat perbatasan antara Sumatera Selatan dan Jambi. Mereka tak ikut menjarah minyak, tapi terkena getahnya.
Selain kesulitan mendapatkan air bersih, mereka harus hidup dalam kecemasan terhadap kemungkinan kebakaran atau ledakan. Belum lagi suasana ketakutan karena intimidasi para pencuri.
Peristiwa di Kampung Srimaju, Kelurahan/Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, pada 3 Oktober lalu adalah contohnya. Delapan orang tewas akibat ledakan di kolam tempat menampung minyak jarahan.
Pencemaran akibat penjarahan minyak menyebabkan sumber air bersih sekaligus kesehatan warga terganggu. Mereka rata-rata tahu siapa pencurinya, tapi
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor