Warga Indonesia di Melbourne Melihat Peluang Bisnis Cenderamata Australia

"Saya lebih suka beli di pasar sebenarnya, karena lebih murah. Di pasar masih bisa menawar [harga], jadi bisa dapat lebih banyak, tidak seperti harga online yang fix [tetap]."
Meraih peluang di tengah pandemi
Kebutuhan Alfi dan warga Indonesia lainnya yang membutuhkan cenderamata untuk jadi oleh-oleh sebelum meninggalkan Australia menjadi perhatian Muhammad Ilham Rizky, akrab disapa Oky.

Sempat bekerja di sebuah toko cenderamata di Queen Victoria Market (QVM), pasar tertua di negara bagian Victoria, Oky akhirnya menghubungi mantan bossnya untuk bekerja sama.
Sesuai dengan aturan pemerintah terkait COVID-19, pedagang yang diizinkan untuk tetap beroperasi hanyalah dari bidang makanan, minuman atau perhotelan dengan pilihan menawarkan layanan pesan-antar.
Toko cenderamata mantan boss Oky terpaksa tutup, karena tidak termasuk dalam kategori 'essential' atau penting.
"Ketika dia [pemilik toko] mendukung, kami mulai ambil foto dan menjualnya online," kata Oky kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
Cenderamata tersebut ia jual di situs bisnis online, yang dijalankannya bersama lima warga Indonesia lainnya, sejak 'lockdown' Victoria tahap pertama.
Pembatasan di tengah pandemi telah menghambat aktivitas dagang di pasar tertua Victoria di Melbourne
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina