Waspadai Penularan Hepatitis Akut, KADIN Indonesia Gelar Sosialisasi ke Masyarakat

Waspadai Penularan Hepatitis Akut, KADIN Indonesia Gelar Sosialisasi ke Masyarakat
KADIN dan tim dokter menggelar sosialisasi hepatitis. Foto: Dok Kadin

Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini Hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan Sifilis untuk minimal 80 persen ibu hamil (atau disebut juga dengan Triple Eliminasi).

"Tujuannya untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak," ungkap dr. Michael.

Pemberian imunisasi hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden dan pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.

Selain itu, juga dilakukan pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan pemberian Tenofovir pada bumil dengan viral load tinggi.

Deteksi dini juga harus dilakukan bagi kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisa, populasi kunci seperti WBP, PS, dan LSL.

"Kemudian, riwayat transfusi, riwayat tato, tindik dan penggunaan alat medis tidak steril harus dilakukan untuk memutus penularan," tegas dr. Michael.

Dalam rangka pencegahan penularan kasus hepatitis, Ketua Komite Tetap Pencegahan dan Pengendalian Penyakit KADIN Indonesia Hilda Kusumadewi, dan didampingi oleh dr. Michael Spica Rampangilei memberikan sosialisasi dan edukasi tentang pengertian, gejala, penularan, dan pencegahan penyakit hepatitis akut kepada tokoh masyarakat yaitu lurah dan perangkatnya, ketua RT/RW dan kader kesehatan di wilayah Tegal Alur Kalideres Jakarta Barat dengan harapan mereka bisa memberikan sosialisasi yang lebih luas kepada warganya. (mcr10/jpnn)

Kementerian Kesehatan mencatat 35.757 bayi lahir dengan hepatitis B di Indonesia pada 2022. KADIN dan tim dokter menggelar sosialisasi hepatitis


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News