Who Are We?
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sejak itu mereka berusaha membentuk jatidiri sendiri terlepas dari masa lalu dan memutus rantai sejarah dengan Inggris.
Huntington mengakui bahwa tidak mudah membangun identitas nasional itu, karena pada dasarnya identitas dasar bangsa Amerika tidak berbeda dengan bangsa Inggris yang dianggap sebagai penjajah.
Identitas itu adalah WASP (white anglo saxon protestant), bangsa Amerika adalah kulit putih keturunan Inggris dan beragama protestan.
Mau tidak mau identitas itu tetap melekat sampai sekarang, dan bangsa Amerika sangat bangga dengan identitas itu.
Inilah paradoks pada identitas nasional Amerika.
Pada satu sisi mereka ingin menjadi bangsa yang merdeka dengan identitas yang betul-betul lepas dari Inggris sebagai penjajah.
Akan tetapi, di sisi lain mereka tetap bangga dengan identitas WASP-nya.
Pengalaman penjajahan membuat mereka berusaha menemukan identitas baru dengan menjadikan pluralisme, kebhinekaan, sebagai dasar filosofi berbangsa.
Dalam bukunya Who Are We: The Challenges to America’s National Identitiy, Huntington mengatakan identitas nasional Amerika berada dalam bahaya.
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia
- Menteri Karding Siapkan Strategi soal Lonjakan Pekerja Migran Ilegal ke Myanmar-Kamboja
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia