WHO Minta Indonesia Berhenti Gunakan Obat Ini untuk Merawat Pasien Virus Corona
"Kimia Farma saat ini dapat memproduksi sekitar 250-400 ribu tablet per minggu obat klorokuin dan hidroksiklorokuin," kata Budi dalam rapat gabungan antar komisi DPR RI secara daring (05/05).
Sebelumnya, akhir Maret lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan telah memesan tiga juta butir pil klorokuin, yang menurutnya adalah obat 'second line' atau baris nomor dua dalam penyembuhan pasien virus corona.
"Pengalaman beberapa negara, klorokuin digunakan dan banyak pasien COVID sembuh dan membaik kondisinya," kata Presiden dalam kunjungannya ke Wisma Atlet Kemayoran (23/03).
Apakah Kebijakan COVID-19 Berdasarkan Sains?
Sejumlah ilmuwan di Indonesia merasa tidak dilibatkan pemerintah saat mengambil keputusan menangani virus corona.
Obat ini juga sempat dipuji oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan sejumlah pemimpin negara lainnya sebagai obat yang efektif untuk COVID-19.
Presiden Trump bahkan mengaku telah menggunakan obat itu untuk mencegah infeksi, meskipun belakangan ia menyatakan telah berhenti meminumnya.
Menurut Dr Erlina sebagai anggota perhimpunan dokter paru, klorokuin dan azithromycin, antibiotik yang digunakan bersamaan dengan obat tersebut, selama ini telah rutin digunakan dalam merawat pasien virus corona.
Ia namun tidak dapat memastikan apakah kedua obat ini telah meningkatkan angka kematian pasien, karena belum adanya pemeriksaan atas kemungkinan tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak Indonesia untuk menghentikan penggunaan dua jenis obat malaria untuk mengobati pasien virus corona
- Dunia Hari Ini: Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik
- Dunia Hari Ini: Mahkamah Konstitusi Tolak Permohonan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar
- Dunia Hari Ini: Timnas Garuda Muda Kalahkan Australia 1-0
- Warga Dievakuasi untuk Menghindari Letusan Gunung Ruang
- Dunia Hari Ini: Helikopter ini Mengirimkan Pesan dari Mars ke Bumi
- Wombat Tertua di Dunia Berulang Tahun yang ke-35