Wisata Sejarah Kalah Bersaing Dengan Mal

Wisata Sejarah Kalah Bersaing Dengan Mal
Wisata Sejarah Kalah Bersaing Dengan Mal
Menurut Leonardo, objek-objek wisata sejarah lainnya, sesungguhnya bisa dibuat lebih menarik dan memiliki daya tarik jika saja pemerintah kreatif dan punya perhatian besar. "Misalnya, dengan membenahi fasilitas umum, khususnya toilet, dan pusat-pusat informasi. Paling penting, pemerintah harus melakukan koordinasi yang baik dengan pengusaha travel," katanya.

Dia menjelaskan, saat ini, perusahaan biro perjalanan yang menjadi anggota Asita jumlahnya mencapa 174, dan 20 persen di antaranya bergerak di bidang perjalanan tur (wisata). Selama ini, kata dia, Asita termasuk jarang diundang oleh pihak Pemkot, dalam hal ini Dinas Pariwisata, setiap kali dilakukan pembicaraan terkait strategi wisata di Makassar.

"Padahal, yang menyalurkan wisatawan adalah perusahaan biro perjalanan. Jika koordinasi antara Pemkot dan Biro Travel berjalan baik, objek-objek wisata sejarah itu bisa dibuat lebih wisatawan," kata dia. Contoh kecil, pemerintah Kota misalnya menyelenggarakan pagelaran seni di salah satu objek wisata. Perusahaan travel yang tahu tempat dan waktu acara tersebut bisa mengarahkan para wisatawan dengan menambah agenda kunjungannya.

Objek-objek wisata yang perlu dibenahi, misalnya Komplek Makam Raja-raja Tallo, di Kecamatan Tallo. Makam ini bisa mengundang lebih banyak wisatawan, jika dilengkapi dengan penjelasan tentang sejarah Raja Tallo, termasuk dalam penyebaran islam. Demikian halnya makam pangetan Diponegoro, yang terletak di Jalan Dipenogoro.

MAKASSAR -- Minat para wisatawan untuk berkunjung ke Makassar, terus mengalami peningkatan, khususnya wisatawan domestik, dari wilayah Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News