WNI Keturunan Tionghoa di Australia: Identitas Kerap Dipertanyakan, Tetap Merasa Bangga

WNI Keturunan Tionghoa di Australia: Identitas Kerap Dipertanyakan, Tetap Merasa Bangga
Virgondo dan keluarganya yang maasih bangga dan mengapresiasi perubahan di Indonesia setelah Orde Baru, terutama di era Gus Dur. (Koleksi pribadi)

"Setiap kelompok bisa mempunyai lebih dari satu corak budaya, tetapi masing-masing punya satu corak yang paling dominan," tambahnya.

Merayakan Imlek Dengan Sederhana

WNI Keturunan Tionghoa di Australia: Identitas Kerap Dipertanyakan, Tetap Merasa Bangga
Sejumlah warga Indonesia yang merayakan Tahun Baru Imlek di Australia tetap melakukan ritual dan tradisi, meski jauh dari keluarga besar.

 

Tetapi dengan mengutip ilmuwan Ben Anderson dengan teorinya 'Imagined Community', Professor Ariel juga mengingatkan semua kelompok masyarakat pada dasarnya adalah fiksi, hanya ada dalam angan-angan anggota kelompok itu sendiri, dan kelompok lain yang peduli.

"Ini fiksi atau angan-angan yang powerful [kuat]. Ia bisa menggerakkan orang. Gerakan dan hasil tingkah-laku mereka itu konkret," jelasnya.

"Ada sosok fisiknya, bisa difoto atau direkam. Jadi gagasan identitas Tionghoa yang fiksi itu punya sosok atau wujud fakta empirik. Tapi fakta yang empirik itu bukan identitas sosial."

Ikuti berita-berita lainnya dari ABC Indonesia.


Banyak warga Indonesia keturunan China di Australia tetap merasa bagian dari Indonesia, meski kadang mereka dipertanyakan identitasnya sebagai orang Indonesia karena tampilan fisik mereka


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News