Wulan Malam

Oleh: Dahlan Iskan

Wulan Malam
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Melihat kondisi Wulan sang ayah berkesimpulan: bukan karena kecelakaan. Dia pun lapor polisi. Alung ditahan. Selesai.

Di antara begitu banyak media yang menulis soal ini, saya memilih tulisan Fathurrahman yang paling baik. Dia wartawan Radar Bogor. Malam tadi saya minta tolong Fathur untuk ke rumah orang tua Wulan.

Saya ingin wartawan masih mau meliput sampai ke rumah korban. Belum ada wartawan yang meliput sampai ke ruko atau cottage Nirmala.

Ketika Fathur tiba di rumah Wulan hujan lagi turun. Bogor selalu hujan di musim seperti ini. Fathur belum bisa langsung wawancara. Masih ada tahlilan.

Fathur masih bujang. Baru 1,5 tahun jadi wartawan. Dia alumni komunikasi dan penyiaran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Selesai tahlilan Fathur ngobrol dengan ayah-ibu Wulan. Mereka bercerita Wulan itu anak manja. Sehari sebelum tewas makan saja minta disuapi ibunya. Dia juga tidak mau makan kalau tidak disediakan di meja.

Rumah itu dalam gang yang sangat sempit, kelok-kelok dan naik turun. Rumah orang tua Wulan hanya selebar 3,5 meter. Sang ayah memang kerja serabutan, termasuk sering jadi tukang parkir.

Wulan, tamatan SMA di swasta di Bogor, awalnya kerja di toko baju. Lalu di resto mi udon. Pindah lagi ke Transmart. Tidak lama. Transmart tutup. Dia menganggur. Alunglah yang mencarikan kerja berikutnya: di karaoke dekat ruko yang dia jaga.

ASMARA tidak mengenal masa kampanye capres-cawapres. Itu yang terjadi di Bogor. Alung membunuh Wulan -sapaan Putri Wulandari. Karena asmara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News