Miing Bagito...Dari Pelawak ke Politisi, Dari PDIP ke PAN

Miing Bagito...Dari Pelawak ke Politisi, Dari PDIP ke PAN
Miing di Posko Pengungsi Gempa Lombok, Senin, 27 Agustus 2018. Foto: Wenri Wanhar/JPNN

jpnn.com - MIING BAGITO merasa harus menentukan sikap. Dari pelawak ke politisi. Dari PDIP ke PAN. Yuk simak seulas ceritanya…
 
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
 
Publik Indonesia lebih mengenal Miing Bagito ketimbang Tubagus Dedi Suwendi Gumelar.
 
Dan hingga hari ini, meski telah sekian lama berpolitik, orang banyak tetap saja tahunya dia seorang pelawak.
 
Maka, di mana pun ia hadir, suasana lebih mirip jumpa fans. Seperti nampak di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin, 27 Agustus 2018 kemarin.
 
Miing Bagito datang ke Lombok mengiringi lawatan Ketua MPR Zulkifli Hasan yang meninjau lokasi dan korban gempa.
 
Berdasarkan pantauan mata langsung, tiap hadir di tengah massa, baik saat meninjau rumah sakit, posko pengungsian dan bahkan di warung makan, Miing senantiasa dikerumuni.
 
Disalami dan diajak berselfi. Bahkan oleh pejabat berseragam dinas sekali pun.
 
Diam-diam JPNN.com bertanya ke sejumlah penggemarnya itu. Jawaban yang didulang setali tiga uang. Sama semua.
 
Mereka tahunya Miing seorang artis. Bukan karena politik—meski untuk urusan yang ini Miing cukup atraktif.
 
Buktinya, dia berhasil duduk di Senayan sebagai anggota DPR RI dari PDI Perjuangan periode 2009-2014.
 
Sayonara, Terima Kasih PDIP!
 
“Saya anak Banten. Lahir di Lebak. Dan saya berkewajiban berjuang untuk Banten,” katanya dalam sebuah obrolan santai dengan JPNN.com di Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, Senin, 27 Agustus 2018.
 
Itulah yang pertama kali keluar dari bibirnya ketika ditanya kenapa pindah “kapal” dari PDIP ke PAN.  
 
Miing--begitu Tubagus Dedi Suwendi Gumelar dikenal—lahir di Lebak, Banten, 27 April 1958.
 
Pernah menjadi kru grup lawak kenamaan Warkop DKI, ia mulai medapatkan gelanggang pada 1984 ketika mengisi acara Konsultan Bingung di Radio Suara Kejayaan, yang pada masanya terkenal sebagai radio pelawak.
 
Di radio itulah nama-nama pelawak beken seperti Komeng, Taufik Savalas, Ulfa Dwiyanti dan grup Patrio memulai debut.
 
Bersama grup lawak Bagito, nama Miing kian bersinar saat program Opor Ayam di Radio SK menjadi sangat terkenal pada era 80-an.   
 
Pamor di radio membawa Bagito manggung di RCTI. Mereka dapat slot program Bagito Show. Ratingnya tinggi. Era 1990-an siapa yang tak kenal Miing, Didin, Unang?
 
Kemudian hari, entah karena pamor yang mulai surut atau karena “dunia yang telah berganti rupa”, Miing terjun ke kancah politik.
 
Sebelum bergabung dengan PDIP, dia satu di antara beberapa lakon yang berhasil memperjuangkan kelahiran Propinsi Banten—pisah dari Jawa Barat pada 4 Oktober 2000.
 
Meski baru berpartai pada tahun 2000-an awal, kesadaran politiknya sudah ada jauh sebelum itu. Ini bisa dilihat dari beberapa adegan lawakan Bagito yang sarat nuansa kritik terhadap rezim Orde Baru. 
 
Bahwa PDIP merupakan gelanggang awalnya di kancah politik praktis, Miing mengakui itu.
 
“Saya sangat berterima kasih pada PDIP. Kepada Bu Mega, Pak Taufik Kiemas yang telah memberikan ruang kepada saya untuk belajar politik,” katanya, di sela perjalanan kami menyambangi posko-posko gempa Lombok.
 
Pada 2017 ia mengajukan surat pengunduran diri kepada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Miing angkat koper dari PDIP. Lalu berlabuh ke PAN.
 
Ia mengaku pindah kendaraan karena merasa tak diberi ruang berpolitik lagi oleh partai lamanya. Sementara hasrat politik perlu disalurkan.
 
“Saya konsisten. Tak akan pindah partai untuk memperjuangkan rakyat. Tapi, saya di-warninguntuk tidak boleh masuk lagi ke DPR. Bahkan tak dilibatkan lagi dalam kerja-kerja partai. Sementara saya harus memperjuangkan kampung saya. Saya butuh kendaraan. Toh, PAN ideologinya juga Pancasila,” paparnya.
 
Menurut Miing, hubungannya dengan PAN bukan hal baru.
 
“Dua puluh tahun lalu Pak Amien Rais sudah ajak saya masuk PAN. Dan, setelah saya bicara sama ketua (Zulkifli Hasan--red), kemudian ketua sampaikan maksud saya kepada Pak Amien, Pak Amin langsung takbir. Allahu Akbaar…”
 
Miing pun turut serta berlaga di Pemilu Legislatif yang akan datang. Dia caleg PAN nomor urut 1 dapil Banten.

Karena sudah jadi kader PAN-lah makanya Miing turut serta menyertai kunjungan Ketua MPR Zulkifli Hasan, yang juga Ketua Umum PAN membesuk korban gempa Lombok.  
 
Dan rupanya nih, tak hanya atraktif dalam berpolitik, dia juga masih atraktif melawak.
 
Pentolan Bagito itu berhasil mengundang derai tawa para pengungsi di sejumlah posko. Bak magnet, di mana pun berada, ia selalu dikerumuni. Dan…di antaranya selalu ada gelak tawa. (wow/jpnn)


MIING BAGITO merasa harus menentukan sikap. Dari pelawak ke politisi. Dari PDIP ke PAN. Yuk simak seulas sejarahnya…


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News