Rebecca Sedwick, Bunuh Diri lantaran Jadi Korban Bullying Online

Jadi Gadis Cantik yang Merasa Buruk Rupa dan Bodoh

Rebecca Sedwick, Bunuh Diri lantaran Jadi Korban Bullying Online
Rebecca (kiri) dalam akun facebooknya. Dia diteror Katelyn Roman (tengah) dan Guadalupe Shaw yang ditangkap polisi. FOTO: dailymail

jpnn.com - Di era canggih seperti sekarang, bullying bisa terjadi tanpa pelaku dan korban harus bertatap muka. Melalui internet, pelaku bisa leluasa melancarkan serangan mereka kepada target yang berada di lokasi terpisah. Dampak teror mental jarak jauh itu sama dahsyatnya dengan bullying secara langsung.

---

SELAMA hampir setahun, Rebecca Sedwick alias Becca menjadi bulan-bulanan sekelompok gadis remaja, teman sekolahnya. Tidak kuat menanggung beban mental yang kadang juga memunculkan siksaan fisik, gadis 12 tahun itu lantas mengadu kepada sang ibu, Tricia Norman. ''Saat itu, setiap kali pulang sekolah, dia mengatakan kepada saya bahwa dia adalah gadis yang tidak berguna, buruk rupa, dan bodoh,'' kenangnya.

Keluh kesah Becca tersebut menyadarkan Norman bahwa sang putri menjadi korban bullying atau teror mental dan verbal di sekolahnya, Crystal Lake Middle School. ''Saya selalu berusaha membesarkan hatinya dan mengatakan bahwa dia adalah gadis paling cantik dan paling pintar yang pernah saya temui,'' ungkap Norman. Tapi, kalimat sang ibu itu tidak mampu membuat Becca bertahan. Apalagi, dia mulai menerima gangguan fisik.

Puncaknya terjadi saat geng pelaku bullying tersebut mendorong Becca di lorong sekolah. Salah seorang di antara mereka bahkan menantang duel gadis berambut panjang itu. Demi melindungi sang putri, Norman pun lantas menarik anaknya dari sekolah. Sejak saat itu, Becca menjadi siswa homeschooling. Baru pada musim gugur lalu, dia terdaftar sebagai siswa baru pada Lawton Chiles Middle Academy.

Ironisnya, meski pindah sekolah, Becca tetap menjadi bulan-bulanan geng sekolah lamanya. Bullying terhadap gadis lemah tersebut berlanjut secara online. Yakni, melalui Facebook, Kik Messenger, Instagram, dan Ask.fm. Bullying jarak jauh itulah yang luput dari pengamatan Norman.

Karena itu, dia menyatakan sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Becca beberapa kali mencoba bunuh diri. Desember lalu, dia terpaksa dirawat intensif di rumah sakit setelah mengiris pergelangan tangannya.

Ketika itu, Norman tidak menyangka bahwa beban mental yang ditanggung Becca sedemikian besar. Dia tidak mengira putri keduanya tersebut akan kembali berusaha mengakhiri hidupnya hanya gara-gara perlakuan buruk rekan-rekannya. Sampai akhirnya, Becca yang selalu disebut sebagai gadis buruk rupa dan tidak berguna itu bunuh diri dengan cara melompat dari sebuah menara pada 9 September lalu.

Di era canggih seperti sekarang, bullying bisa terjadi tanpa pelaku dan korban harus bertatap muka. Melalui internet, pelaku bisa leluasa melancarkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News