Manuver Golkar Harus Dicermati

Manuver Golkar Harus Dicermati
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - PEMILU legislatif 9 April sudah ada tanda-tanda kalah pamor dengan pilpres Juli mendatang. Hiruk pikuk panggung politik lebih dominan soal pencapresan.

Bahkan, langkah-langkah penjajakan koalisi yang sudah mulai terjadi, sebenarnya juga dalam rangka pencapresan. Seperti Ketum PPP Suryadharma Ali, yang nekat hadir di tengah massa kampanye Gerindra.

Namun, langkah Suryadharma, menurut pengamat politik dari UGM Yogyakarta, Arie Sudjito, baru lah manuver-manuver kecil. Begitu pun sindir-menyindir lewat puisi, bukan lah manuver yang menohok.

Menurut Arie, pascapileg, baru lah manuver-manuver akan bersliweran dan akan menarik untuk diikuti.

Berikut wawancara wartawan JPNN, Soetomo Samsu, dengan Arie Sudjito, yang juga pakar sosiologi politik itu, Kamis (3/4).

Masa kampanye hampir usai, apa komentar Anda?

Pileg kali ini tidak terlalu menarik bagi publik. Ini karena lembaga-lembaga representasi rakyat, seperti DPR, DPRD, DPD, tak cukup memadai kinerjanya. Meski pun pileg tetap jalan, namun terjadi pendangkalan, karena yakin legislatif periode mendatang akan sama saja, tidak akan mampu membuat terobosan-terobosan.

Mengapa elit juga lebih gencar bicara tentang pencapresan, bahkan ada partai yang sudah menggebu-gebu mendeklarasikan capres dan cawapresnya, seperti WIN-HT?
 

PEMILU legislatif 9 April sudah ada tanda-tanda kalah pamor dengan pilpres Juli mendatang. Hiruk pikuk panggung politik lebih dominan soal pencapresan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News