Biasa Kayuh Sepeda ke Sekolah 5 Km dan Cari Kayu Bakar Bantu Keluarga

Biasa Kayuh Sepeda ke Sekolah 5 Km dan Cari Kayu Bakar Bantu Keluarga
Ni Luh Madri (kanan ke dua) Foto: Anom Suardana/Radar Bali

jpnn.com - Kehilangan satu tangan akibat diamputasi  dan hidup di bawah garis kemiskinan, tak membuat Ni Luh Madri patah semangat.

Siswi kelas III SMPN 5 Melaya, Jembrana itu tetap semangat bersekolah meski hidup dalam keterbatasan.

 
ANOM SUARDANA, Negara

NI Luh Madri, adalah anak pertama pasangan suami istri Kadek Raun (36) dengan Luh Sumerti (32), warga di Dusun Palarejo, Desa Ekasari, Melaya.

Terlahir secara normal, tapi kini gadis manis ini harus merasakan pahitnya kehidupan karena kehilangan salah satu bagian tangannya.

Ya, tangan kanan Madri harus diamputasi karena patah akibat terjatuh dari pohon saat duduk di kelas 2 sekolah dasar (SD).

“Tangan saya patah dan karena tidak ada biaya berobat saat itu hanya menggunakan pengobatan tradisional. Namun tangan saya membusuk, akhirnya harus diamputasi,” tutur Madri.

Sejak kehilangan tangan kanannya itu, praktis Madri beraktivitas hanya dengan tangan kirinya, baik makan, menulis atau pekerjaan lainnya termasuk saat bersekolah dengan naik sepeda gayung.

Kehilangan satu tangan akibat diamputasi  dan hidup di bawah garis kemiskinan, tak membuat Ni Luh Madri patah semangat. Siswi kelas III SMPN

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News