100.000

Oleh Dahlan Iskan

100.000
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Dering itu kadang baru berbunyi tengah malam. Ketika berita yang dimaksud sudah telanjur ditata di percetakan. 

Sulit sekali.

Kalau harus diganti bisa gawat --akan telat terbit. Apalagi wartawannya juga sudah telanjur pulang.

Maka redaksi yang pemberani akan mencopot berita itu. Begitu saja. Untuk diganti blok hitam. Besoknya koran terbit seperti wajah cantik yang dicoreti arang di pipinya.

Pembaca pun mafhum: ada yang disensor lagi. Lalu kasak-kusuk.

Masyarakat pun cari bocorannya: ada peristiwa apa? Bocoran itu lebih seru dari aslinya.

Hitam itu sebagai protes.

Putih itu sebagai protes.

Mengapa korban di sana sampai 100.000? Trump pernah tidak menduga akan sebesar itu. Ia pernah menganggap Covid itu begitu sepele.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News