100.000
Oleh Dahlan Iskan
Selasa, 26 Mei 2020 – 06:26 WIB
Dering itu kadang baru berbunyi tengah malam. Ketika berita yang dimaksud sudah telanjur ditata di percetakan.
Sulit sekali.
Kalau harus diganti bisa gawat --akan telat terbit. Apalagi wartawannya juga sudah telanjur pulang.
Maka redaksi yang pemberani akan mencopot berita itu. Begitu saja. Untuk diganti blok hitam. Besoknya koran terbit seperti wajah cantik yang dicoreti arang di pipinya.
Pembaca pun mafhum: ada yang disensor lagi. Lalu kasak-kusuk.
Masyarakat pun cari bocorannya: ada peristiwa apa? Bocoran itu lebih seru dari aslinya.
Hitam itu sebagai protes.
Putih itu sebagai protes.
Mengapa korban di sana sampai 100.000? Trump pernah tidak menduga akan sebesar itu. Ia pernah menganggap Covid itu begitu sepele.
BERITA TERKAIT
- Juri Hamil
- Waspada Covid Kembali, Kemenkes Imbau Masyarakat Terapkan Hidup Sehat dan Terapkan Prokes
- Donald Trump Berjanji Sikat Pendukung Palestina Jika Terpilih Jadi Presiden
- Usut Kasus Korupsi Pengadaan di Era Covid-19, KPK Panggil Anak Siti Fadilah
- Kemenkes Tiba-tiba Bicara Potensi Peningkatan Kasus Covid-19
- Juri Oat