16 Bulan Rodrigo Duterte jadi Presiden, Aman tapi Mencekam

16 Bulan Rodrigo Duterte jadi Presiden, Aman tapi Mencekam
Angkutan kota khas Filipina Jeepney, menenuhi jalanan di kawasan Roxas Boulevard, Pasay, Metro Manila. Kawasan ini dianggap salah satu titik paling tidak aman di Manila. Foto: Ainur Rohman/Jawa Pos

Karena kontroversi semakin luas dan suara-suara keras datang dari penjuru dunia, kepolisian tidak lagi merilis data pelenyapan nyawa.

Namun, diyakini, pembunuhan terus terjadi. Dan bagi orang-orang Filipina, melihat mayat bergelimpangan di jalanan itu adalah hal yang sudah sangat biasa.

”Bulan lalu saya melihat dua mayat di Pasay ini,” kata Allan Maranan, petugas keamanan di The Heritage Hotel Manila. ”Akhir-akhir ini itu hal yang umum terjadi di sini. Biasa saja,” ucapnya lantas tersenyum.

Chief Operating Officer Liga Basket Asia Tenggara (ABL) Jericho Ilagan mengatakan bahwa aksi Duterte berdampak instan pada keamanan Manila.

Beberapa kawasan menjadi jauh lebih aman. Kejahatan-kejahatan di jalan raya sudah jauh berkurang.

Ilagan mencontohkan situasi di jalanan Roxas Boulevard, Pasay. Dalam dua atau tiga tahun yang lalu, orang-orang sangat ketakutan untuk berjalan-jalan di kawasan itu.

Meskipun suasana ramai, mereka akan memegang barang-barang berharga seperti dompet dan handphone dengan erat-erat. Kalau bisa dipeluk. Tidak bisa sembarangan karena kejahatan jalanan begitu parahnya. ”Mirip dengan Rio de Janeiro,” kata Ilagan menganalogikan.

Namun sekarang, kasus pencopetan dan penjambretan di Pasay dan di semua kota lain di Metro Manila sudah jauh berkurang.

Rodrigo Duterte baru 16 bulan jadi Presiden Filipina. Manila terasa lebih aman, tapi juga mencekam. Melihat mayat bergelimpangan di jalan itu hal biasa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News