2.000 Nyawa Melayang, Disebut Genosida Presiden Berang

2.000 Nyawa Melayang, Disebut Genosida Presiden Berang
Rodrigo Duterte. Foto: AFP

Odicta memilih menyerahkan diri setelah Kepala Polisi Nasional Ronald dela Rosa menyebut pria berjuluk Dragon itu sebagai bandar narkoba. 

Padahal, saat kali pertama tudingan itu diarahkan kepadanya, Odicta sudah membantah. 

Bahkan, dia mengaku sangat ketakutan karena banyak mendengar sepak terjang death squad. Tetapi, dela Rosa bergeming. Dia yakin Odicta alias Dragon memang bandar narkoba.

’’Siapa lagi yang dia bodohi? Anda semua tahu, dia adalah bandar narkoba. Tapi, dia terus-menerus membantah. Mari, silakan katakan itu kepada marinir,’’ kata dela Rosa saat melawat Iloilo Jumat lalu. 

Selang tiga hari setelah itu, Odicta benar-benar dihabisi. Seorang pria bersenjata langsung menembaki Odicta dan istrinya yang baru saja turun dari feri.

Saat media mengaitkan kematian Odicta dengan death squad atau kesewenang-wenangan aparat, polisi mengungkap motif lain. 

’’Pelaku yang hanya satu orang itu sepertinya seseorang yang kenal dengan korban dan mereka saling terhubung karena narkoba. Sepertinya pelaku tidak mau rahasianya dibongkar korban,’’ jelas Jose Gentiles, kepala polisi setempat.

Sebelumnya, kematian Eric Sison juga mengundang perhatian publik. Pemuda yang sehari-hari menjadi penarik becak motor itu tewas di tangan seorang polisi. Padahal, ketika itu Sison yang diklaim sebagai pengedar narkoba tersebut sudah menyerah. 

MANILA – Meski banyak kritik dan kecaman dari dalam serta luar negeri terkait program antikriminalitas yang dicanangkan, Presiden Filipina

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News