5 Fakta Dampak dari Mudahnya Merekrut Guru Honorer

5 Fakta Dampak dari Mudahnya Merekrut Guru Honorer
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim. Foto: Dokpri

Bahkan terkadang terjadi kelucuan, guru bersertifikasi harus mencari tambahan jam mengajar di luar sekolahnya demi memberi kesempatan guru honorer ini

Ketiga, guru honorer titipan. Salah satu faktor sulitnya menghambat pertumbuhan guru honorer adalah "titipan" kepala sekolah bahkan termasuk kepala daerah tentu saja sangat sulit menolak "guru titipan".

Apalagi jika yang menitip adalah seorang anggota legislatif atau seorang pejabat daerah atau pusat. Kepala sekolah akan segera memberikan jam mengajar apapun caranya untuk bisa mengakomodir para guru titipan ini.

Keempat, membuat malas guru PNS. Banjirnya guru honorer di sekolah-sekolah membuat guru-guru PNS menjadi malas. Guru PNS seperti ini memang tak banyak tetapi hampir merata di seluruh Indonesia.

Mereka dengan mudah meminta guru honorer yang jam ngajarnya sedikit itu untuk menggantikan dirinya kapanpun dia mau.

Dengan honor hanya Rp6000 per jam tentu saja sangat enteng buat guru PNS. Apalagi sudah sertifikasi dan mendapatkan tunjangan daerah.

Guru-guru PNS bisa bebas bercengkerama dengan koleganya dan akan semakin sibuk menjelang pilkada terutama jika petahana akan segera bertarung kembali.

Guru-guru PNS seperti merasa tenang karena kelas-kelas yang menjadi tanggung jawab mereka beres dan biasanya siswa juga cenderung lebih senang diajar oleh para guru peran pengganti ini.

Ketum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M Ramli Rahim menyebutkan setidaknya lima fakta dampak dari sistem guru honorer.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News