50 Hari, Rapor SBY Kuning

50 Hari, Rapor SBY Kuning
50 Hari, Rapor SBY Kuning
Kalau legitimasi publik tidak lagi dimiliki oleh sebuah tim kerja, lanjutnya, apapun yang akan dibuat tetap akan dipersepsi salah oleh masyarakat. "Contoh terkini adalah event National Summit dan klaim yang diajukan oleh sejumlah anggota kabinet bahwa 60 persen dari target 100 hari kerjanya sudah tercapai. Sepertinya pasar dan masyarakat tidak merespon. Masyarakat dan pasar ternyata lebih merespon dan peduli terhadap perseteruan KPK dengan Polri," kata Firmanzah pula.

Menurut Firmanzah lagi, dalam 50 hari kerja pemerintahan SBY, memang belum terlihat sinkronisasi antara kampanyenya dulu dengan realita yang terjadi. Sementara ekspektasi masyarakat terhadap SBY secara relatif masih tinggi.

Sementara, Syamsudin Haris menjelaskan bahwa persepsi publik terhadap kekacauan politik dan hukum yang saat ini terjadi, merupakan efek dari kekeliruan kebijakan sektor ekonomi. Artinya, jika suatu kebijakan ekonomi itu baik, tentu akan berdampak positif terhadap politik dan hukum. "Fenomena politik yang terjadi sesungguhnya dampak ikutan. Jangan dibalik," tegas Syamsudin.

Seharusnya, lanjut dia, SBY fokus pada kabinetnya untuk merealisir janji-janji selama kampanye. Karena presiden telah gagal dalam meletakkan dasar-dasar untuk merealisir janji-janjinya, maka fakta akan berbicara bahwa 50 hari ke depan tidak akan terjadi sesuatu apapun yang berhubungan dengan kepentingan rakyat. "Kecuali satu hal, (bahwa) rakyat akan memberi nilai 5 bagi 100 hari kinerja kabinet," ucapnya pula.

JAKARTA - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) Dr Firmanzah memberikan rapor kuning dalam separuh waktu dari 100 hari kerja pertama,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News