9 Fakta Sosok Suliono, Penyerang Jemaat Gereja St Lidwina

9 Fakta Sosok Suliono, Penyerang Jemaat Gereja St Lidwina
Mistaji, ayah Suliono, di rumahnya dii Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Foto: JAWA POS RADAR BANYUWANGI

jpnn.com, BANYUWANGI - Suliono, 23, pelaku penyerangan terhadap empat jemaat gereja Katolik St Lidwina, Dukuh Jambon, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, Jogjakarta, pada Minggu pagi (11/2), ditembak polisi.

Berikut fakta-fakta terkait pria asal Dusun Krajan, RT 2, RW 1, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jatim itu, dirangkum dari pemberitaan Radar Banyuwangi (Jawa Pos Group).

Pertama, Suliono merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Orang tuanya bernama Mistaji, 57, dan Edi Susiyah, 53.

Kedua, Mistaji menceritakan bahwa Suliono itu ketika berada di rumah merupakan sosok pendiam dan anak yang baik.

Ketiga,setelah menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Pesanggaran, Suliono sempat belajar di Pondok Pesantren Ibnu Sina, Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng.

Keempat, Suliono sempat tinggal di rumah kakaknya di Sulawesi, tepatnya di Desa Lantula Jaya, Kecamatan Witaponda, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Di rumah kakaknya yang menjadi basis NU, Suliono merasa tidak cocok dan sering berdebat dengan kakaknya.

Kelima, Suliono pindah ke Palu, Sulawesi Tengah. Saat Suliono pulang kampung, cara berpakaian menjadi serba panjang seperti jubah.

Keenam, dia menentang kebiasaan di musala dan masjid kampung yang mengadakan pujian sebelum salat berjamaah. Dia menganggap pujian hanya menganggu orang tidur.

Suliono, penyerang jemaat Gereja St Lidwina, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, warga Pesanggrahan, Banyuwangi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News