9 Poin Pleidoi Jaksa Pinangki, Pertemuan Pertama, Ayah Meninggal, Kehidupan Hancur Lebur

9 Poin Pleidoi Jaksa Pinangki, Pertemuan Pertama, Ayah Meninggal, Kehidupan Hancur Lebur
Jaksa Pinangki Sirna Malasari saat menjalani sidang Eksepsi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (30/9). Foto: arsip jpnn.com/Ricardo

"Meskipun jabatan-jabatan yang saya emban bukan jabatan yang bergengsi dan strategis akan tetapi tidak mengurangi rasa bangga dan syukur saya dan orang tua saya," kata Pinangki sambil tersedu.

"Karena saya telah menjadi satu-satunya jaksa dalam keluarga saya ini. Tentu itu menjadi keteguhan saya untuk tetap mengabdi dan berbuat yang terbaik bagi korps Kejaksaan," ungkap Pinangki.

Menurut Pinangki, rasa bangga dan syukur kepada institusi Kejaksaan tersebut selalu terpatri dalam dirinya sehingga tidak mungkin bagi Pinangki saya untuk mengkhianati institusi Kejaksaan.

"Tidak mungkin saya berkhianat dengan cara menghindarkan seorang buronan untuk dilakukan eksekusi," tambah Pinangki.

Kelima, ayah Pinangki meninggal dunia.

"Sebagai seorang anak dan juga orang tua tentu saya sangat terpukul begitu pun dengan keluarga atau orang tua saya hingga saya kehilangan bapak saya yang meninggal pada hari minggu lalu karena sakit," ungkap Pinangki kembali sambil menangis.

Pinangki pun mengaku merasa bersalah dan menyesal.

"Tentu itu adalah musibah yang membuat saya merasa bersalah, menyesal, saya belum bisa membahagiakan orang tua saya dan saya tidak bisa mendampingi hingga merawatnya saat sakit karena saya melakukan ini," kata Pinangki.

Selama membacakan pleidoi, Jaksa Pinangki Sirna Malasari berulang kali menangis tersedu-sedu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News