94 vs 72

Oleh Dahlan Iskan

94 vs 72
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Apa yang terjadi di Malaysia sekarang ini bisa mengejutkan dan tidak mengejutkan. Ahli sejarah sudah menulis: sesudah kejatuhan diktator pasti diikuti masa ketidakstabilan politik.

Ketidakstabilan itu bisa hanya sebentar. Bisa juga lama. Kian panjang kediktatoran itu berkuasa kian lama pula ketidakstabilan yang mengikutinya.

Begitulah pula setelah diktator Orde Baru di Indonesia jatuh. Bahkan setelah Majapahit jatuh, Jawa sangat tidak stabil dalam kurun yang panjang.

Malaysia sempat berada di bawah kediktatoran selama lebih 50 tahun. Yakni sejak koalisi Barisan Nasional berkuasa --dengan UMNO sebagai partai intinya.

Berarti sejak merdeka dulu rakyat Malaysia belum pernah merdeka. Termasuk saat Dr. Mahathir Mohamad menjadi perdana menteri selama 20 tahun --yang sangat hebat itu.

Yang unik dari sejarah Malaysia itu adalah: yang berkuasa setelah kediktatoran itu adalah juga yang pernah berkuasa di zaman kediktatoran.

Dalam kasus Malaysia mantan diktator justru ikut menjadi tokoh sentral gerakan prodemokrasi. Bahkan berhasil pula menumbangkan kediktatoran yang pernah ia besarkan.

Semula saya pikir kali ini sejarah bisa salah. Saya pikir pasca-kediktatoran 50 tahun pun Malaysia tetap stabil --oleh faktor siapa penguasa barunya itu.

Apa boleh buat. Demi mengalahkan musuh, musuhnya musuh pun bisa diajak menjadi teman --meski musuhnya musuh itu juga musuhnya sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News