Ada Musuh di Selimut Separtai

Ada Musuh di Selimut Separtai
Ada Musuh di Selimut Separtai
Jika apa yang dikeluhkan Fahri dan Budiman itu benar, dan aksi menohok kawan seiring semakin kerap terjadi, seakan-akan bagai menyimpan “maling” di rumah sendiri. Cara paling efisien adalah “mengusir”-nya. Rumah akan selalu kemalingan, jika si maling justru adalah insider.

 

Makin geger jika beranjak menjadi kasus kriminal, karena jika ada yang mengadu akan menjadi urusan polisi. Dituduh memfitnah, mencemarkan nama baik, sabotase, perusakan fasilitas politik dan sebagainya.

Ibarat kesebelasan sepakbola, kok teman menjegal teman yang hendak membobol gawang musuh? Malah memberi umpan kepada lawan membobol gawang sendiri, dan tragisnya nekad menendang bola ke gawang sendiri. Sableng banget! Ini “bencana politik” ibarat induk ayam yang heran mengapa ia beranak itik.

Giliran berikut, pemilih mual dan mati selera, lalu pindah ke caleg partai lain, siapa tahu ada yang steril dari konflik. Solusi paling tegas adalah menjadi “Golongan Putih”, apabila harapan sudah padam. Padahal, dengan sistem one man one vote, mereka yang berhak memilih diharapkan berduyun-duyun ke bilik suara untuk mengukir masa depan bangsa lima tahun ke depan.

Syahdan, wabah musuh dalam selimut, walau bukan generalisasi, berkecamuk di “kapal” partai kontestan Pemilu 2009. Ketika sesama calon

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News