Ada Musuh di Selimut Separtai

Ada Musuh di Selimut Separtai
Ada Musuh di Selimut Separtai
Sikap personalisasi partai, bahwa “partai adalah saya” setitik pun tak dicerminkan oleh Bung Sjahrir di masa pendudukan Jepang. Ia tak mendidik kadernya buta loyal saja, dan Sjahrir tak berlagak menjadi bigbos. Ia peduli anak-anak muda dan mendorong mereka menjadi kreatif dan mandiri, bukannya bergantung kepada dirinya.

 

Nah, kini, bagaimana gerangan historiografi politik seseorang sebelum ia ditetapkan menjadi caleg? Pernahkah menjadi pengurus OSIS di SMP dan SMA? Menjadi pramuka atau organisasi ekstra sekolah? Apakah pernah menjadi pengurus organisasi ekstrakampus? Atau di organisasi kepemudaan, aktivis LSM, dan sebagainya?

Berapa lama menjadi anggota partai? Kepengurusan apa saja yang pernah didudukinya di tingkat cabang, wilayah dan nasional? Adakah latihan kader di partai, bagaimana sistem, metode, jenjang, syllabus, dan kurikulumnya? Atau belum ada dan belum pernah?

Anda ulung pidato di depan umum karena belajar ilmu retorika dan prakteknya? Bagaimana Anda menguasai massa? Apakah mengerti tentang ideologi partai, negara, negara lain, memahami ideologi komunisme, kapitalisme, liberalisme, demokrasi, diktator, sampai aliran ekonomi kerakyatan dan neoliberalis hingga ke tatanan politik dan perekonomian dunia?

Syahdan, wabah musuh dalam selimut, walau bukan generalisasi, berkecamuk di “kapal” partai kontestan Pemilu 2009. Ketika sesama calon

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News