Ada Usulan Syarat WHV Diubah, Petani di Australia Barat Jadi Takut Kekurangan Pekerja

Jumlahnya lebih banyak ketika musim panas, bisa mencapai 80 persen.
"Selama pandemi COVID kita tidak memiliki banyak pekerja musiman baru, sehingga kita menanam lebih sedikit karena petani hanya dapat memanen apa yang bisa dilakukannya sendiri [tanpa buruh]," kata Doriana.
"Harga pangan naik karena permintaan lebih banyak dan pasokan lebih sedikit."
Karenanya, para petani di Australia memutuskan untuk mempekerjakan pekerja dari Kepulauan Pasifik selama pandemi COVID-19.
Namun Doriana memperkirakan perubahan yang akan mulai berlaku tahun depan bisa membuat para produsen meninggalkan skema ini.
"Kalau kita harus membayar pekerja setiap pekan dan tidak memiliki buah untuk dipanen atau dikemas, skema ini tidak lagi dapat dijalankan," katanya.
"Saya kira masyarakat juga akan meninggalkan skema tenaga kerja di Kepulauan Pasifik karena biayanya akan terlalu tinggi."
Tidak akan ke regional kalau bukan karena visa
Kaya Barry dari Griffith University, yang sedang mengerjakan proyek tiga tahun untuk meneliti pekerja buruh musiman, mengatakan perubahan syarat WHV dan skema PALM akan berdampak pada industri pertanian dan warga di kawasan regional Australia.
Kalau aturan WHV Australia jadi diubah, para petani khawatir mereka akan kekurangan pekerja karena orang-orang akan berhenti datang ke kawasan regional Australia Barat
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Stok Bulog Selama 4 Bulan Capai 3,5 Juta Ton, Terbesar Sejak Indonesia Merdeka
- Gegara Rekor Inflasi Rendah, Pemerintah Klaim Swasembasa Pangan Bakal Sukses
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Permintaan Kerja dari Luar Negeri Capai 1,7 Juta, RI Baru Bisa Serap Sebegini
- Promosikan Hasil Riset GRS BPDP, AII: Bisa Dihilirisasi Petani dan UMKM