Adem Please

Oleh Dahlan Iskan

Adem Please
Dahlan Iskan.

Bukan juga soal bahwa Nadiem berdarah Arab. Anak dari Nono Anwar Makarim. Salah satu mentor saya di awal karier menjadi wartawan. Nono ikut menyiapkan masa depan saya.

Persoalan itu akan datang dari tuntutan yang berlebihan. Dari keinginan yang terlalu cepat. Untuk melakukan perombakan yang drastis. Di bidang pendidikan.

Ketika muda dulu saya juga selalu jengkel dengan perubahan yang lambat. Saya rombak apa pun dengan cepat: hasilnya luar biasa. Korbannya juga banyak.

Namun perahu yang saya kemudikan saat itu perahu kecil. Ibarat mobil kelas Hyundai Elantra. Mudah diajak belok-belok.

Kadang harus mendadak balik arah. Kesalahan pun segera bisa diketahui. Untuk dibuat keputusan baru --yang berlawanan arah sekalipun.

Namun Kemendikbud adalah perahu yang amat besar. Barangkali terbesar dalam birokrasi Indonesia.

Ia adalah kelas Titanic. Yang kalau dibelokkan mendadak bisa oleng. Penumpangnya bisa mabuk semua.

Mengemudikan kapal raksasa seperti itu kepintaran saja tidak cukup. Populer saja belum bisa. Ia perlu kebijakan. Perlu kematangan.

Nadiem Makarim pasti tahu bagaimana harus bersikap. Ia sudah sangat matang. Sudah biasa mendapat tekanan besar --dalam menjadikan perusahaan baru menjadi yang terbesar di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News